Dokter Inggris Ungkap Pola Sadis Sniper Israel: Anak-Anak Gaza Ditembaki seperti Main Gim

Husni Rachma
2 Min Read

HALUAN.CO — Kesaksian mengejutkan datang dari Profesor Nick Maynard, seorang dokter Inggris yang kini bekerja di Jalur Gaza. Ia menyebut sniper militer Israel menembaki anak-anak Palestina di lokasi distribusi bantuan dengan pola tembakan berbeda setiap harinya, seperti tengah bermain permainan.

Dilaporkan BBC, Maynard mengatakan tim medis menemukan cedera pada anak-anak yang menunjukkan “pola tembakan” ke bagian tubuh berbeda tiap hari.

“Pada suatu hari semuanya berupa luka tembak di perut, di hari lain semuanya berupa luka tembak di kepala atau leher, di hari lain lagi luka tembak di lengan atau kaki,” jelasnya kepada program Today, BBC Radio 4.

Ia menilai, pola tersebut menunjukkan bahwa tembakan dilakukan secara sistematis dan kejam.

Berita Lainnya  LSM Global Desak Gencatan Senjata, Soroti Krisis Kelaparan di Gaza

“Rasanya seperti sedang bermain gim, mereka memutuskan untuk menembak kepala hari ini, leher besok, dan testis lusa,” ujar Maynard, dikutip Senin (21/7/2025).

Korban-korban ini, menurutnya, adalah remaja yang mencari bantuan makanan di titik distribusi bantuan militer yang disebutnya sebagai “jebakan maut”.

Maynard mengenang salah satu pasiennya, seorang anak laki-laki 12 tahun, yang meninggal di meja operasi setelah tertembak di dada. Ia juga menyoroti bahwa malnutrisi ekstrem membuat luka korban memburuk dan sulit disembuhkan.

“Perbaikan yang kami lakukan berantakan, pasien terkena infeksi parah, dan mereka meninggal,” tambahnya.

Menurut data PBB, lebih dari 875 warga Palestina tewas akibat tembakan di titik distribusi bantuan sejak Mei 2025. Lokasi tersebut dikelola oleh militer Israel dan kontraktor sipil dengan dukungan logistik dari AS.

Berita Lainnya  Bob Bryar, Eks Drummer My Chemical Romance, Ditemukan Meninggal Dunia di Tennessee

Maynard menegaskan, tragedi ini adalah kombinasi dari kelaparan ekstrem, kekerasan bersenjata, dan penelantaran terhadap hak-hak dasar anak-anak.

“Saya belum pernah melihat begitu banyak pasien meninggal karena mereka tidak mendapatkan cukup makanan untuk pulih,” tutupnya.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *