Jakarta – Kecerdasan buatan (AI) semakin dianggap sebagai ancaman serius terhadap pekerjaan manusia, terutama dalam sektor-sektor seperti kasir dan pengemudi. Menurut seorang eksekutif keuangan senior di Wall Street, ancaman ini berpotensi menyebabkan keresahan sosial yang meluas.
Armen Panossian, CEO Oaktree Capital Management, menyatakan bahwa AI menimbulkan risiko terbesar. Meskipun AI memiliki potensi besar untuk keuntungan ekonomi, dampak sosial yang ditimbulkannya tidak bisa diabaikan.
Panossian menekankan bahwa orang-orang yang bergantung pada pekerjaan dengan gaji bulanan akan mendapati diri mereka tidak terlatih dan tidak siap menghadapi ekonomi baru yang didorong oleh AI. Pernyataan ini sejalan dengan berbagai studi yang memprediksi dampak mengerikan AI pada pasar kerja di masa depan.
Tahun lalu, Goldman Sachs memperingatkan bahwa munculnya AI generatif dapat memengaruhi 300 juta pekerjaan penuh waktu secara global. Laporan dari McKinsey pada tahun 2017 memperkirakan bahwa hingga 800 juta pekerjaan di seluruh dunia dapat diotomatisasi pada tahun 2030. Hal ini mengakibatkan sekitar 400 juta hingga 800 juta orang perlu berganti pekerjaan atau memperoleh keterampilan baru.
Panossian juga memperingatkan para investor yang saat ini optimis terhadap saham AI. Ia menyatakan bahwa aset tersebut mungkin dinilai terlalu tinggi dan pasar dapat dipenuhi spekulasi. Panossian membandingkan situasi ini dengan gelembung dot-com pada akhir tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an.