Alasan Mengejutkan Turki Dukung Pemberontak Suriah Terungkap!

redaktur
3 Min Read
epa05042585 A handout picture provided by Turkish President Press office shows Turkish President Recep Tayyip Erdogan speaking during a meeting with village headmen, known as mukhtars, in Ankara, Turkey, 26 November 2015. Reports state Erdogan said Turkey has no reason to target Russia with which his country have strong relations. He also denied allegations that Turkey was buying oil from the Islamic State (IS) militants in Syria. A Russian warplane was shot down by Turkish fighter jets on 24 November as it returned from a mission in support of Syrian government forces, an incident which sparked a war of words between the two countries. EPA/TURKISH PRESIDENT PRESS OFFICE / HANDOUT HANDOUT EDITORIAL USE ONLY/NO SALES

Jakarta – Bagi masyarakat Turki, konflik yang kembali berkobar di Suriah bukanlah hal yang mengejutkan. Selama lebih dari dua bulan terakhir, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama sekutu sayap kanannya, Devlet Bahceli, hampir secara eksklusif membahas peralihan kekuasaan di Timur Tengah dan dampak negatifnya bagi Ankara.

Salah satu kekhawatiran utama Turki adalah potensi perubahan yang dapat menguntungkan kelompok Kurdi di Suriah. Sejak terjadinya perang saudara di negara tersebut, kelompok Kurdi sudah menguasai wilayah timur laut Rojava dan mendirikan pemerintahan otonom. Situasi ini telah lama menjadi duri dalam daging bagi Turki.

Penguasa Suriah, Bashar al-Assad, saat ini berada dalam posisi yang relatif lemah. Dukungan utama dari luar negeri, seperti Rusia, Iran, dan Hizbullah di Lebanon, sedang menghadapi tekanan. Rusia kini harus memusatkan perhatian ke Ukraina untuk mencegah pasukan Ukraina merebut lebih banyak wilayah di Kursk. Sementara itu, Hizbullah dan Iran juga melemah akibat serangan-serangan Israel.

Di sisi lain, posisi Amerika Serikat di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang masih belum pasti. Apakah Trump akan menarik pasukan AS dari Irak dan Suriah sesuai dengan mottonya “America first” masih menjadi tanda tanya besar.

Berita Lainnya  Hadiri Rapimnas 2023, Eko Sapta Putra Siap Menangkan Demokrat dan Prabowo

Para pemberontak Suriah memanfaatkan situasi ini dan pada 27 November lalu melancarkan serangan besar-besaran. Dalam hitungan hari, mereka berhasil menaklukkan Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, dan memaksa pasukan pemerintah Assad mundur hampir tanpa perlawanan. Mereka kini bergerak menguasai kota-kota tetangga lainnya, dipimpin oleh milisi Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya merupakan cabang regional Al-Qaeda.

Pakar Timur Tengah, Michael Lders, mengungkapkan kepada radio Deutschlandfunk bahwa Turki mengetahui rencana serangan tersebut dan bahkan mendukungnya secara militer. Sejak awal pecahnya perang saudara di Suriah, Turki telah memihak pemberontak dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Damaskus. Namun, belakangan ini, Erdogan mencoba memulihkan komunikasi, meski Assad menolak upaya tersebut dan menuntut penarikan pasukan Turki dari Suriah utara sebagai syarat normalisasi hubungan.

Turki menolak tuntutan Assad, dengan alasan bahwa wilayah perbatasan Suriah-Turki yang dikuasai militer Turki bersama milisi Tentara Nasional Suriah (SNA) berfungsi sebagai “zona keamanan”. Tujuan utama Turki adalah menguasai atau menggulingkan pemerintahan otonomi Kurdi di timur laut Rojava, yang dikuasai oleh Partai Persatuan Demokratik (PYD), yang dianggap Turki sebagai cabang dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK), kelompok yang dikategorikan sebagai teroris oleh Turki.

Berita Lainnya  Israel Serang Lebanon: Gencatan Senjata Dilanggar!

Selain mendukung SNA, Turki juga mendukung milisi jihadis HTS, kelompok utama yang melakukan serangan ke Aleppo dan kini menguasai kawasan tersebut. Namun, pihak Ankara telah membantah terlibat dalam perkembangan yang terjadi saat ini di Suriah.

Turki telah menampung pengungsi yang berjumlah setidaknya 3,5 juta dari negara Suriah sejak terjadinya peristiwa perang saudara. Erdogan berencana mengirim Kembali sebanyak mungkin pengungsi ke negara asalnya Suriah dan karena itu memerlukan zona penyangga yang aman di utara Suriah. Baru-baru ini, Erdogan kembali menegaskan rencananya untuk menguasai wilayah selebar 30 hingga 40 kilometer di Suriah utara.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *