HALUAN.CO – Fenomena anak dewasa yang memilih menjauh bahkan memutus hubungan dengan orang tuanya kini semakin sering terjadi. Keputusan ini bukan tanpa alasan, dan menurut para psikolog, terdapat sejumlah pemicu yang patut dipahami, mulai dari pola asuh hingga dinamika emosional dalam keluarga.
Dikutip dari Psychology Today, kondisi keterasingan keluarga didefinisikan sebagai situasi saat satu anggota keluarga sengaja menjauh dan menghentikan hubungan dengan anggota lain, termasuk antara anak dan orang tua. Meski orang tua mengaku mencintai anaknya, persepsi si anak bisa sangat berbeda.
Karl Pillemer, profesor dari Cornell University, dalam bukunya Fault Lines: Fractured Families and How to Mend Them menyebutkan bahwa sekitar 27 persen anak muda di Amerika memutus hubungan dengan orang tua mereka. Data ini banyak berasal dari latar belakang keluarga imigran.
“Jelaslah bahwa keterasingan adalah masalah yang sangat meluas yang tersembunyi di depan mata,” kata Karl Pillemer, dikutip dari laman Cornell University.
Alasan Anak Memilih Menjauh dari Orang Tua
Psikolog Catherine Nobile menyatakan bahwa keputusan ini bukan hal aneh, terutama bagi mereka yang memiliki pengalaman masa kecil yang traumatis atau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh ketegangan.
Trauma emosional, komunikasi yang buruk, dan pola asuh yang otoriter dapat menciptakan jarak emosional antara anak dan orang tua. Hal ini kerap berujung pada keputusan drastis ketika sang anak dewasa.
“Pengalaman ini dapat menyebabkan perasaan terputus, frustrasi, atau bahkan membangun kebencian. Jika seorang anak merasa telah mencoba semua yang mereka bisa untuk memperbaiki hubungan, dan mereka masih tidak melihat kemajuan apa pun, mereka mungkin memutuskan untuk memutuskan hubungan sepenuhnya,” ujar Carly Harris, LMFT, dari Newport Healthcare.
Seiring bertambah usia, anak juga mulai membentuk nilai dan prinsip sendiri, yang kadang tidak selaras dengan orang tua. Jika konflik yang ada tidak terselesaikan sejak lama, maka ketegangan bisa memuncak.
“Saat memasuki masa dewasa, mereka sering kali menjadi lebih konfrontatif tentang konflik, terutama jika sudah ada ketegangan yang berlangsung lama,” kata Dr. Nobile.
“Perjuangan dengan nilai-nilai yang berbeda, konflik yang belum terselesaikan, atau dinamika disfungsional dapat membuat beberapa orang dewasa muda merasa perlu untuk menjauhkan diri,” lanjutnya.
Orang Tua Toxic, Salah Satu Pemicu Utama
Dalam banyak kasus, anak yang menjauh dari orang tuanya mengaku mengalami relasi dengan sosok toxic. Menurut Dr. Joel Frank, terdapat beberapa ciri umum orang tua yang termasuk dalam kategori ini, antara lain:
- Manipulatif, menggunakan rasa bersalah sebagai alat kontrol
- Kritikan berlebihan, meremehkan secara terus-menerus
- Minim empati, tidak peduli pada perasaan anak
- Mengontrol berlebihan, mendikte setiap keputusan anak
- Tidak hadir secara emosional, jarang menunjukkan kedekatan batin
- Gaslighting, membuat anak meragukan persepsinya sendiri
- Favoritisme, pilih kasih pada salah satu anak
- Pelanggaran privasi, tidak menghormati batasan personal
Keputusan anak untuk menjauh bukan selalu tentang pemberontakan, tetapi bisa menjadi bentuk perlindungan diri. Mengenali penyebab hubungan renggang ini penting agar setiap pihak bisa mengevaluasi dan memperbaiki hubungan keluarga.