Jakarta – Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, mengungkapkan pandangannya melalui kanal YouTube-nya pada Jumat, 30 Agustus 2024. Dalam video berjudul “Catatan Anies Pasca Pilpres dan Pendaftaran 2024”, Anies menjelaskan berbagai poin penting, termasuk kemungkinan mendirikan organisasi masyarakat (ormas) atau partai politik sebagai respons terhadap aspirasi dan usulan yang ia terima.
Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Hidayat Nur Wahid, menjawab pernyataan Anies Baswedan terkait partai politik yang disebutnya tersandera oleh kekuasaan. Hidayat menegaskan bahwa PKS tidak merasa telah disandera oleh kekuasaan.
Pernyataan Anies tersebut muncul setelah ia tidak mendapatkan dukungan dari partai politik untuk maju di Pilkada Jakarta. Anies mengungkapkan bahwa alasan ia tidak bergabung menjadi kader partai politik adalah karena partai-partai politik saat ini telah disandera oleh kekuasaan. Hidayat menyatakan bahwa kegagalan Anies mendapatkan dukungan partai politik adalah kenyataan yang harus diterima.
Hidayat Nur Wahid juga menanggapi rencana Anies untuk mendirikan partai baru atau ormas. Menurut Hidayat, rencana tersebut sempat menjadi salah satu topik diskusi yang dibahas bersama elite PKS. Pembahasan ini terjadi ketika sejumlah elite PKS bertemu dengan Anies di kediamannya.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ace Hasan Syadzily, merespons pernyataan Anies mengenai partai politik yang tersandera kekuasaan. Ace menegaskan bahwa partai-partai politik yang berkoalisi juga memiliki kebijakan masing-masing.
Sudirman Said, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia periode 2014-2016, membantah masuk dalam jajaran tokoh yang mendukung pembentukan ormas atau partai politik bersama Anies. Sudirman menegaskan bahwa ia sama sekali tidak terlibat dalam urusan politik praktis saat ini.
Sudirman menjelaskan bahwa sejak Pilpres 2024 selesai, ia tidak mengikuti kegiatan politik praktis apa pun. Saat ini, ia tengah fokus mengikuti proses seleksi calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pengamat politik dari Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi Kusman, memandang bahwa batalnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyokong Anies maju Pilkada Jakarta bertujuan agar tidak membelah pendukung Anies dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Menurut Airlangga, meskipun peluang kemenangan Anies lebih besar, keputusan PDIP tersebut diambil untuk menjaga kesatuan pendukung.