Jakarta – Amerika Serikat kini dihadapkan pada tantangan besar dengan meningkatnya jumlah tunawisma yang mencapai rekor baru di tahun 2024. Salah satu pemicu utama dari lonjakan ini adalah inflasi yang terus-menerus, yang menggerogoti kemampuan banyak individu untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Berdasarkan laporan yang dihimpun oleh detikcom pada Sabtu (28/12/2024), jumlah individu yang menjadi tunawisma di Amerika Serikat mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah. Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan (HUD) melaporkan bahwa pada satu malam di bulan Januari 2024, diperkirakan ada 771.480 orang yang hidup tanpa tempat tinggal tetap. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 18 persen dibandingkan tahun sebelumnya, 2023.
Dengan jumlah tersebut, berarti sekitar 23 dari setiap 10.000 penduduk di Amerika Serikat kini hidup sebagai tunawisma. Ini adalah potret kelam bagi negara yang dikenal sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia. Kondisi ini menyoroti masalah sosial yang mendesak untuk segera ditangani oleh pemerintah dan masyarakat.
Inflasi yang berkepanjangan menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya jumlah tunawisma. Kenaikan harga barang dan jasa membuat banyak orang kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal. Selain itu, kurangnya akses terhadap perumahan yang terjangkau juga memperburuk situasi ini.
Krisis tunawisma tidak hanya berdampak pada individu yang mengalaminya, tetapi juga memiliki implikasi sosial dan ekonomi yang lebih luas. Masyarakat yang menghadapi masalah tunawisma sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan, pendidikan, dan layanan kesehatan yang memadai. Hal ini dapat memperburuk siklus kemiskinan dan ketidaksetaraan di Amerika Serikat.
Pemerintah Amerika Serikat bersama dengan berbagai organisasi sosial berupaya untuk mengatasi masalah tunawisma ini. Program-program bantuan perumahan, penyediaan layanan kesehatan, dan pelatihan kerja menjadi fokus utama dalam upaya mengurangi jumlah tunawisma.