Jakarta – Amerika Serikat (AS) bereaksi terhadap penunjukan Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru Hamas. Pada pengumuman yang dilakukan pada hari Selasa waktu setempat, Sinwar diumumkan sebagai Kepala Biro Politik Hamas, menggantikan Ismail Haniyeh yang tewas dibunuh di Teheran, Iran.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mendesak Sinwar untuk menerima gencatan senjata di Gaza. Blinken menekankan bahwa Sinwar, yang dianggap sebagai dalang serangan 7 Oktober, memiliki peran krusial dalam menentukan arah konflik ini.
Sinwar diyakini bersembunyi di serangkaian terowongan bawah tanah di Gaza. Sebagai pengambil keputusan utama Hamas di Gaza, ia diyakini memegang kendali atas sekitar 120 sandera Israel yang masih dalam tahanan Hamas. Sinwar, yang merupakan mantan kepala dinas intelijen Hamas, telah menghabiskan 23 tahun di penjara Israel menjalani empat hukuman seumur hidup karena percobaan pembunuhan dan sabotase.
Dalam kesempatan yang sama, Blinken memperingatkan Iran dan Israel untuk menghindari peningkatan konflik. Kematian Haniyeh di Iran diyakini melibatkan Israel, yang menambah ketegangan di kawasan tersebut.
Iran telah berjanji akan memberikan tanggapan setelah pembunuhan Haniyeh, yang disebut Teheran sebagai “pembunuhan pada tamu negaranya”. Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden telah mengisyaratkan rasa frustrasinya terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas pembunuhan Haniyeh, terutama di saat AS bersama Qatar dan Mesir sedang membuat kemajuan dalam perundingan guna mencapai gencatan senjata dalam perang Gaza yang telah berlangsung selama 10 bulan.