WASHINGTON – Setelah kekhawatiran dari pihak Zionis, kini giliran Amerika Serikat (AS) yang merasa cemas bahwa serangan Iran terhadap Israel bisa terjadi dalam waktu dekat, bahkan mungkin minggu ini. Kekhawatiran ini disampaikan oleh Gedung Putih pada hari Senin, berdasarkan penilaian intelijen terbaru dari Amerika.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, menyatakan bahwa AS memiliki penilaiannya sendiri yang sejalan dengan kekhawatiran Israel mengenai waktu pembalasan yang dijanjikan Iran atas pembunuhan pemimpin Hamas, yaitu Ismail Haniyeh, di Teheran pada tanggal 31 Juli lalu.
Secara terpisah, Israel mengalami kesulitan dalam memprediksi apa yang akan dilakukan oleh Hizbullah Lebanon sebagai respons terhadap klaim publik Israel atas pembunuhan komandan militer tertinggi kelompok tersebut, Fuad Shukr, di Beirut pada 30 Juli lalu. Israel tetap bungkam mengenai pembunuhan Ismail Haniyeh di Iran, namun pejabat AS menyatakan bahwa Washington tidak terlibat dan mereka yakin Israel berada di balik operasi tersebut.
Kirby mengakui bahwa sulit bagi Washington untuk menentukan serangan apa yang akan dilakukan Iran atau proksinya, termasuk Hizbullah dan kelompok lain di Irak, Yaman, dan Suriah. Namun, dia menegaskan bahwa AS yakin dengan aset militer yang telah dikirimnya ke wilayah tersebut. Para pejabat AS telah bersiap menghadapi pembalasan yang lebih cepat, yang mungkin melibatkan roket, rudal, atau pesawat nirawak, yang diperkirakan akan terjadi paling cepat pada akhir pekan tanggal 4 Agustus.
Kirby merujuk pada tindakan balasan Iran pada bulan April terhadap Israel atas serangan mematikan terhadap fasilitas diplomatik di Suriah. Berbeda dengan bulan April, ketika Teheran memberikan pemberitahuan selama berjam-jam kepada masyarakat internasional tentang peluncuran ratusan rudal dan pesawat nirawak, kali ini Iran tidak banyak memberi tahu waktu atau jenis tindakan balasan yang diantisipasi.
Tidak jelas pula apakah yang disebut sebagai “Poros Perlawanan” akan melakukan operasi terkoordinasi atau melakukan tanggapan terpisah. Kepala Pentagon, Lloyd Austin, memerintahkan Kelompok Serang Kapal Induk USS Abraham Lincoln, yang dilengkapi dengan pesawat tempur F-35C, untuk mempercepat transitnya ke Timur Tengah guna melengkapi USS Theodore Roosevelt. Dalam pengumuman publik yang tidak biasa, Austin juga memerintahkan kapal selam rudal berpemandu USS Georgia ke wilayah tersebut.
Ketika ditanya mengapa hal ini diumumkan secara publik, juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, berkata, “Kami mencoba mengirim pesan.” Dalam upaya terakhir untuk mencegah Iran menyerang Israel, para pemimpin AS, Inggris, Prancis, Jerman, dan Italia mengadakan panggilan telepon pada hari Senin.
Beberapa pihak mengkritik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, karena memperpanjang perang demi ambisi pribadi dan politik. Berbeda dengan pihak lain yang menyerukan kesepakatan gencatan senjata yang akan membebaskan lebih dari 100 sandera yang ditawan Hamas.