Jakarta – Ketegangan yang kian memuncak di dunia Arab telah mendorong Amerika Serikat (AS) untuk mengambil langkah-langkah persiapan menghadapi kemungkinan perang besar. Washington telah mengerahkan 12 armada perang laut di wilayah tersebut, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt.
Dalam sebuah pernyataan kepada Al Arabiya, sejumlah pejabat AS mengungkapkan bahwa situasi di Timur Tengah semakin memanas. Hal ini terjadi setelah serangan ke Lebanon yang menewaskan petinggi milisi Hizbullah, Fuad Shukr, serta serangan ke Iran yang menewaskan pimpinan tertinggi kelompok Hamas Palestina, Ismail Haniyeh.
Pejabat AS memperkirakan bahwa serangan ini akan memicu respon balasan dari milisi Hizbullah, Teheran, serta proksi-proksinya yang tersebar di kawasan tersebut. Respon dari kelompok-kelompok ini diperkirakan akan berdampak pada aset dan kepentingan Washington di Timur Tengah, mengingat AS adalah sekutu utama Israel.
Pentagon telah memberi perintah kepada beberapa kapal perang dan aset militer lainnya ke Timur Tengah tak lama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel. Langkah ini diambil untuk mencegah Iran atau kelompok lain yang didukungnya membuka front kedua.
Pejabat AS mengonfirmasi bahwa setidaknya ada 12 kapal perang Amerika di kawasan tersebut, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt dan lebih dari 4.000 marinir dan pelaut. Washington Post adalah yang pertama melaporkan jumlah kapal dan personel militer tersebut. Namun, aset tersebut, yang meliputi kapal perusak dan kapal amfibi, telah berada di kawasan tersebut selama berbulan-bulan dan sejauh ini tidak melakukan kegiatan skenario tempur langsung.
Departemen Luar Negeri AS pada hari Rabu menganjurkan warganya untuk tidak bepergian ke Lebanon atau Israel Utara karena meningkatnya ketegangan antara Hizbullah dan Israel. Beberapa maskapai penerbangan juga membatalkan penerbangan mereka ke kedua negara tersebut. Meskipun demikian, belum ada keputusan yang dibuat untuk mengevakuasi warga negara atau pegawai pemerintah dari kedua negara tersebut.
Washington terus menekankan komitmennya untuk membela Israel jika Iran dan proksi-proksinya meluncurkan serangan ke Negeri Zionis itu. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan kabinet Presiden Joe Biden, Lloyd Austin. Menurutnya, Israel memiliki hak untuk melindungi diri dari berbagai serangan yang ada. Meskipun demikian, Austin menekankan bahwa pihaknya masih terus mendorong langkah-langkah diplomatik untuk menyelesaikan ketegangan ini.
Presiden Joe Biden sendiri menegaskan kembali komitmennya terhadap keamanan Israel. Hal ini terungkap dalam pembacaan Gedung Putih pada Kamis, seusai pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.