Jakarta – Presiden Suriah, Bashar Al Assad, untuk kali pertama mengeluarkan pernyataan resmi setelah digulingkan oleh milisi Hayat Tahrir Al Sham (HTS) sekitar dua pekan silam. Dalam pernyataannya, Assad menegaskan bahwa milisi yang kini menguasai Suriah adalah kelompok teroris. Selama 24 tahun masa kekuasaannya, Assad kerap melabeli siapa pun yang menentang pemerintahannya sebagai teroris.
Assad juga membantah klaim bahwa dirinya melarikan diri dari Damaskus saat milisi menyerbu ibu kota Suriah tersebut. Namun, lima mantan pejabat Suriah mengungkapkan bahwa Assad sudah berada di luar negeri beberapa jam sebelum milisi berhasil merebut Damaskus. Pada hari itu, Assad dan keluarganya dilaporkan melarikan diri ke Rusia, negara yang selama ini dikenal sebagai pendukung setia rezim Assad bersama Iran.
Tanggal 8 Desember menjadi hari bersejarah ketika milisi HTS berhasil menguasai Damaskus. Pada hari yang sama, Assad dilaporkan pergi ke pangkalan Angkatan Laut Rusia di Latakia, Suriah. Pernyataan resmi Assad muncul sembilan hari setelah HTS berhasil merebut ibu kota dan mengklaim bahwa rezim Assad telah berakhir.
Pergerakan milisi HTS terbilang cepat dan di luar dugaan. Mereka mulai bangkit dan menyerbu wilayah Suriah pada akhir November. Pada awal Desember, mereka berhasil menguasai Aleppo, kota terbesar di Suriah. Tak lama setelah itu, mereka terus bergerak menuju Damaskus tanpa menghadapi perlawanan berarti.
Setelah jatuhnya rezim Assad, Suriah kini dipimpin oleh Mohammed Al Bashir sebagai perdana menteri sementara. Keputusan ini diambil setelah pemimpin HTS, Abu Mohammed Al Julani, bertemu dengan Perdana Menteri Suriah Mohammed Al Jalali dan Wakil Presiden Faisal Mekdad untuk membahas transisi pemerintahan.