Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyoroti urgensi hilirisasi gas elpiji (LPG) sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG. Upaya ini diharapkan dapat memperkuat kemandirian energi nasional dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam domestik.
Dalam rangka merealisasikan hilirisasi LPG, pemerintah berencana mendirikan pabrik-pabrik yang mampu memproduksi LPG secara mandiri. Bahlil menyatakan bahwa pembangunan ini akan menjadi bagian dari wilayah kerja PT Pertamina. Diskusi intensif dengan Pertamina akan segera dilakukan untuk mempercepat proses industrialisasi LPG, sehingga Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor.
Bahlil mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki cadangan bahan baku yang melimpah untuk mendukung produksi LPG. Tercatat ada sekitar 1,8 juta ton propana (C3) dan butana (C4) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama. Dengan memanfaatkan potensi ini, pemerintah berharap dapat mengurangi impor dan lebih fokus pada penggunaan bahan baku lokal, yang pada akhirnya akan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Selain fokus pada hilirisasi LPG, Kementerian ESDM juga tengah mengkaji peluang konversi dari LPG ke dimethyl ether (DME). Konversi ini ditargetkan dapat terealisasi pada tahun 2035. Bahlil mendorong agar produksi DME ditingkatkan, meskipun hilirisasi DME tidak diwajibkan.