Jakarta – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dengan lantang mengecam serangan rudal yang dilancarkan Rusia terhadap jaringan listrik Ukraina pada hari Natal. Biden menuduh Rusia sengaja memutus akses listrik dan penghangat bagi warga Ukraina, menambah penderitaan di tengah musim dingin yang menggigit.
Rusia dilaporkan meluncurkan 170 rudal dan drone yang menargetkan infrastruktur listrik Ukraina. Akibat serangan ini, listrik di beberapa wilayah terputus, dan seorang pekerja dilaporkan tewas. Serangan ini menambah daftar panjang serangan yang telah dilancarkan Rusia, menjadikannya serangan besar ke-13 terhadap jaringan listrik Ukraina.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, turut mengutuk tindakan Rusia tersebut. Ia menyatakan bahwa serangan di hari Natal ini adalah tindakan yang tidak dapat diterima dan menambah penderitaan rakyat Ukraina. Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyebut serangan ini sebagai tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Namun, ia menegaskan bahwa Ukraina tidak akan gentar menghadapi agresi ini.
Di tengah serangan yang masif, Ukraina mengklaim berhasil menjatuhkan 58 dari 79 rudal yang ditembakkan oleh Rusia. Namun, mereka mengakui gagal menghalau dua rudal balistik buatan Korea Utara, KN-23, yang diluncurkan oleh Rusia. Serangan ini juga menewaskan lima orang di perbatasan Kursk dan Ossetia Utara, menurut klaim Rusia.
Serangan terhadap jaringan listrik Ukraina menimbulkan krisis energi yang serius, terutama di tengah musim dingin. Pemutusan akses listrik dan penghangat menambah penderitaan warga yang sudah menghadapi tantangan berat akibat konflik yang berkepanjangan. Pemerintah Ukraina terus berupaya memulihkan jaringan listrik dan memastikan pasokan energi bagi warganya.