BMKG Jelaskan Alasan Hujan Masih Turun di Bulan Agustus 2025

Husni Rachma
2 Min Read

HALUAN.CO – Meski biasanya berlangsung dari April sampai Oktober, musim kemarau tahun ini tampak tidak berjalan seperti biasa. Pada pertengahan Agustus 2025, hujan masih turun di berbagai daerah Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bogor, Bekasi, Cianjur, dan Banten.

Menanggapi hal tersebut, Deputi Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menyebut bahwa hujan yang turun di bulan kemarau ini disebabkan oleh faktor atmosfer, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) serta gelombang tropis lain yang sedang aktif.

Menurut BMKG, MJO adalah gelombang tropis yang dapat memicu pertumbuhan awan hujan. Gelombang Kelvin dan Rossby yang aktif juga berperan dalam membuat atmosfer menjadi lebih labil, sehingga mendorong pembentukan awan dan hujan.

Faktor lain yang memperkuat kemungkinan hujan adalah lemahnya monsun Australia. Biasanya, monsun ini membawa udara kering dari Australia ke Indonesia, namun kekuatannya sejak Maret 2025 lebih rendah dari normal.

Berita Lainnya  OJK Bertindak Tegas! 2.742 Pinjol Ilegal Diblokir, Apa Dampaknya?

“Dalam kondisi monsun yang lemah, aliran angin dari Australia yang membawa massa udara kering juga melemah sehingga masih tersedia cukup uap air untuk pembentukan awan hujan,” terang Ardhasena dikutip Kompas.com, Kamis (14/8/2025).

Selain itu, suhu laut yang lebih tinggi dari rata-rata turut meningkatkan kelembaban udara, yang berujung pada terbentuknya awan konvektif dan meningkatnya potensi hujan di banyak wilayah.

Meski hujan terjadi di tengah musim kemarau, BMKG belum menetapkan bahwa musim hujan telah dimulai. Namun, mereka menyebut kemungkinan datangnya musim hujan lebih awal. Prediksi pastinya baru akan diumumkan bulan depan.

BMKG memperkirakan curah hujan di bulan Agustus hingga Oktober 2025 berada dalam kategori lebih tinggi dari rata-rata, sehingga hujan bisa terus berlangsung meskipun musim kemarau secara kalender masih berjalan.

Berita Lainnya  Banjir Landa Korea Selatan: 4 Korban Jiwa, Lebih dari 5.000 Orang Mengungsi

Hingga awal Agustus, data BMKG menunjukkan hanya sekitar 51 persen zona musim di Indonesia—meliputi wilayah seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, NTB, dan NTT—yang telah masuk musim kemarau. Angka ini lebih rendah dari kondisi biasanya di waktu yang sama.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *