Haluan.CO – Keberpihakan yang total ditunjukkan Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani terhadap Pekerja Migran Indonesia (PMI). Tidak hanya terdiskripsikan dalam kerja dan program yang dirancang. Benny juga tak henti mengkampanyekan betapa pentingnya PMI dimuliakan.
‘’Saya mengingatkan pada banyak pihak dari mimbar yang terhormat ini, bahwa negara berhutang besar kepada para Pekerja Migran Indonesia. Kita negara berhutang besar pada PMI. Jika ada pejabat negara tidak merasakan, sebagaimana rasa dan ungkapan dari yang saya sampaikan, biarlah itu urusan dia dengan Tuhannya. Ini beralasan, karena jelas 159,6 Triliun setiap tahunnya,’’ ujar Benny dalam sambutannya saat Pelepasan PMI Korea Selatan dan Jerman, Senin, (13/3/2023) di el-Royal Hotel Jakarta Utara.
Benny merinci dalam hal politik anggaran atau dukungan anggaran yang ditetapkan DPR RI kepada BP2MI dari beberapa tahun belakangan, hingga sekarang masih jauh dari harapan. Padahal, Benny telah menyiapkan banyak program yang berpihak dan bertujuan meningkatkan pelayanan terbaik untuk PMI.
‘’Pada sisi lain, BP2MI dituntut berbuat banyak hal untuk PMI. Saya sudah menyiapkan program, mulai dari membangun Indonesia Migrant Center, rumah murah bagi PMI, klinik kesehatan di tiap BP3MI, menambah anggaran untuk pemulangan PMI yang terkena masalah di Luar Negeri atau yang meninggal dunia. Kemudian, sejumlah program pro PMI lainnya. Tidak bisa jalan, karena anggaran tidak mencukupi,’’ kata Benny tegas.
Dalam melayani PMI secara spesial, Benny mengaku diperlukan keseriusan dukungan anggaran yang representatif. Dari sisi narasi, program dan perencanaan BP2MI menurutnya telah siap. Namun, terkendala dalam hal pembiayaan. Kondisi tersebut mengharuskan dirinya kreatif, juga mengharuskan BP2MI realistis pada keadaan.
‘’Sosialisasi ekstra untuk merubah mindset publik, tidak mudah. Harus dilakukan terus, kita butuh anggaran untuk itu. Sekarang sudah mulai berlahan tumbuh kesadaran masyarakat untuk melawan sindikat. Pemerintah daerah, sampai pemerintah Desa kita edukasi agar menjalankan tugasnya memfasilitasi CPMI untuk pelatihan, serta memerangi sindikat. Dimana tugas melindungi PMI, bukan tugas satu dua Lembaga saja, melainkan tugas kolektif,’’ tutur Benny tegas.
Tidak hanya itu, Benny menyampaikan tradisi baru yang telah dilakukan BP2MI. Dan itu semua membutuhkan perjuangan berdar-darah membongkar kebiasaan buruk yang sudah cukup mengakar. Terutama kebiasaan memandang PMI sebagai suatu pekerjaan yang sembunyi-sembunyi.
‘’Saya mendobrak cara pandang inlander. Tidak boleh lagi menempatkan PMI sebagai pekerja rendahan, atau pengemis pekerjaan. PMI wajib dimuliakan, negara hadir untuk mengintervensi agar PMI berdiri tegak secara terhormat. Nah, tradisi positif ini telah kita mulai dengan melakukan segala sesuatu secara transparan. Publik bisa terlibat melalui media sosial, melalui pemberitaan yang masif dilakukan,’’ ujar Benny.
Sementara itu, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Federal Jerman, diwakili Consellor KBRI Berlin, Satriyo Pringgodhany Melalui zoom meeting, sambutan motivasi menyampaikan terkait kultur warga Jerman. Selain itu, kekurangan tenaga terampil di Jerman juga menurutnya perlu dimanfaatkan Indonesia.
‘’Pemerintah Jerman membutuhkan tenaga kerja terampil. Orang Jerman memiliki budaya kerja yang serius, kritis, disiplin, jujur, mandiri, tidak malas, tidak suka bercanda, dan pelayanan publik membutuhkan prsedur yang sangat rigid, terbiasa birokratis, ini ada sisi positifnya. Orang Jerman berprinsip mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Di Jerman praktek korupsi sangat minim. Terakhir Saya berharap teman-teman PMI yang tiba ke negara penempatan, jangan lupa melakukan lapor diri. Sampai ketemu di Jerman untuk para PMI,’’ tutur Satriyo. **