Jakarta – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta telah mengintensifkan sosialisasi mengenai potensi gempa megathrust di segmen Selat Sunda. Sosialisasi ini dilakukan di berbagai kantor kelurahan hingga gedung-gedung perusahaan di Jakarta.
Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan, menyatakan bahwa isu megathrust Selat Sunda telah meningkatkan kesadaran warga Jakarta mengenai pentingnya kewaspadaan terhadap bencana tersebut. Yohan menegaskan bahwa informasi mengenai potensi gempa megathrust yang dapat mengancam wilayah Jakarta harus disampaikan secara luas kepada publik.
Yohan juga menyoroti bahwa banyak warga Jakarta yang bekerja di gedung-gedung tinggi. Oleh karena itu, peringatan mengenai potensi gempa megathrust Selat Sunda perlu digencarkan agar warga tidak menganggap remeh ancaman ini. Menurutnya, permintaan pelatihan mitigasi bencana gempa bumi meningkat sejak isu megathrust Selat Sunda mencuat.
Lebih lanjut, Yohan menjelaskan bahwa BPBD DKI Jakarta telah mempersiapkan berbagai langkah untuk menghadapi potensi gempa megathrust Selat Sunda. Salah satu langkah yang diambil adalah pemasangan Ina-TEWS atau Indonesia-Tsunami Early Warning System, yang bertujuan untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan mengenai potensi gempa megathrust dari dua zona, yaitu Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. BMKG menyatakan bahwa gempa besar dari kedua zona tersebut hanya tinggal menunggu waktu, mengingat kedua zona tersebut sudah lama tidak mengalami gempa atau terdapat seismic gap lebih dari dua abad. Biasanya, gempa besar memiliki siklusnya sendiri dalam rentang waktu hingga ratusan tahun.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi V DPR RI pada 27 Agustus lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa pihaknya telah menambah jumlah alat pendeteksi sensor gempa untuk menghadapi ancaman gempa berkekuatan besar di zona megathrust. Saat ini, jumlah sensor gempa mencapai 530 unit yang tersebar di seluruh Indonesia, meningkat drastis dari sebelumnya yang hanya 176 unit sebelum tahun 2019.