Brem Khas Madiun, Cita Rasa Tradisi yang Tak Pernah Padam

Yuliana Adha
1 Min Read

HALUAN.CO – Tak hanya terkenal sebagai kota pesilat, Madiun juga menyimpan kekayaan kuliner yang unik dan penuh sejarah, yaitu brem.

Oleh-oleh khas yang satu ini kerap diburu wisatawan karena citarasa legitnya yang khas dan proses pembuatannya yang sarat makna budaya.

Brem bukan sekadar makanan tradisional, melainkan representasi dari kearifan lokal masyarakat Madiun.

Dibalik rasanya yang manis dan teksturnya yang lembut, tersimpan cerita panjang tentang bagaimana brem menjadi bagian dari identitas kuliner kota ini.

Makanan ini diyakini berasal dari dua wilayah di Madiun, yakni Desa Kaliabu dan Desa Bancong.

Nama ‘brem’ berakar dari kata ‘peram’, yang merupakan proses dasar dalam pembuatannya, yaitu memfermentasi bahan-bahan selama sekitar tujuh hari.

Berita Lainnya  Suka makan kertas atau benda lain yang tidak bisa dimakan? Kenali gangguan mental PICA dan cara mengatasinya

Dari ‘peram’, muncul istilah ‘prem’, lalu dikenal luas sebagai ‘brem’.

Brem dibuat dari beras ketan putih, ragi tape, dan sedikit soda kue. Proses fermentasi memakan waktu hingga seminggu penuh, menjadikannya produk yang memerlukan ketelatenan tinggi.

Hal ini pula yang membuat tak banyak produsen baru bermunculan. Selama masa pandemi COVID-19, misalnya, hanya sekitar 40 pelaku UMKM brem yang masih aktif di sentra produksinya.

Dengan keunikan rasa dan nilai sejarahnya, brem tetap menjadi bagian penting dari identitas kuliner Madiun dan terus diminati hingga kini.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *