Jakarta – Perum Bulog memproyeksikan bahwa panen raya tahun depan akan mengalami penundaan sekitar satu bulan akibat potensi kekeringan yang melanda.
Direktur Utama Bulog, Bayu, mengungkapkan bahwa penundaan panen ini disebabkan oleh mundurnya musim tanam yang biasanya dimulai pada musim hujan di bulan September. Namun, karena kekeringan yang terjadi, musim tanam diperkirakan baru bisa dimulai pada bulan Oktober.
Bayu menjelaskan bahwa dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan dari musim tanam hingga musim panen. Dengan demikian, seharusnya pada bulan Januari sudah bisa dilakukan panen.
Namun, karena periode Januari hingga Maret merupakan musim hujan, petani akan menghadapi kesulitan dalam mengeringkan gabah. Hal ini berarti bahwa beras baru diperkirakan akan tersedia bagi masyarakat pada bulan Maret.
Bayu menegaskan bahwa pihaknya akan bersiap menghadapi kondisi ini baik melalui penyerapan dalam negeri maupun impor. Untuk impor sendiri, Bulog ditugaskan untuk mengimpor sebanyak 3,6 juta ton beras tahun ini.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 2,2 juta ton telah masuk ke Indonesia. Selanjutnya, 500 ribu ton beras akan masuk dalam waktu dekat.
Bulog telah menyiapkan berbagai langkah strategis untuk mengantisipasi dampak kekeringan terhadap produksi beras nasional. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan meningkatkan penyerapan beras dari dalam negeri untuk memastikan ketersediaan stok yang cukup.
Selain itu, Bulog juga terus memantau perkembangan cuaca dan kondisi pertanian di berbagai daerah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mengamankan pasokan beras.
Impor beras menjadi salah satu solusi jangka pendek yang diambil oleh Bulog untuk mengatasi potensi kekurangan pasokan akibat penundaan panen. Dengan adanya impor, diharapkan kebutuhan beras masyarakat dapat terpenuhi hingga musim panen berikutnya.
Bulog juga berkomitmen untuk memastikan bahwa beras impor yang masuk ke Indonesia memiliki kualitas yang baik dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.