Haluan.co – Di tengah maraknya isu polusi budaya pasca pidato Presiden RI Joko Widodo jelang HUT ke 78 RI, Caleg Muda Sumbar Vasko Ruseimy, sebut masyarakat Minangkabau punya Kato nan Ampek untuk mengantisipasi hal tersebut.
Presiden, dalam pidatonya menyebut polusi budaya, menyangkut sopan santun dan Budi pekerti yang mulai merosot di tengah masyarakat Indonesia.
Keresahan orang nomor satu di Indonesia tersebut, menurut Caleg (Calon Legislatif) muda Sumbar (Sumatera Barat) Vasko Ruseimy, masih bisa diantisipasi oleh masyarakat Minangkabau melalui Kato nan Ampek.
Hal itu ia utarakan, menyambung kekecewaan Jokowi atas munculnya hinaan, fitnah dan lainnya di media sosial.
Perkataan yang tidak pada tempatnya tersebut, sulit terjadi di Minangkabau.
Masyarakat Minang sejak kecil sudah ditanamkan budaya sopan santun dalam bersikap dan berbicara.
Caleg Dapil Sumbar 1 itu, menyebutkan masyarakat Minang sejak kecil sudah memegang Kato nan Ampek (Kato Mandaki, Kato Manurun, Kato Malerang dan Kato Mandata).
“Melalui empat kata tersebut, masyarakat Minang sudah dipagari cara sopan santun,” jelas DPP Partai Gerindra tersebut.
Ia menjelaskan kato mandaki menjurus pada tutur dan sikap masyarakat pada orang yang lebih tua, kato malereng digunakan pada orang yang dituakan, kato Mandata digunakan untuk kawan sejawat dan kato menurun untuk yang lebih kecil.
Dalam prakteknya nilai-nilai tersebut berjalan cukup lancar hingga saat ini di masyarakat Minangkabau. Sehingga polusi budaya masih bisa diantisipasi.
Vasko berharap cara serupa bisa mencakup masyarakat luas, sehingga polusi budaya menyangkut sopan santun dan Budi pekerti tidak tergerus.
“Kalau konteksnya sosmed agak sulit, soalnya pemilik akun sengaja membuat akun bodong untuk berkomentar tajam,” jelas Caleg Partai Gerindra tersebut.
Hanya saja, jika hal serupa sudah biasa diterapkan di kehidupan sehari-hari, bisa berpengaruh saat menggunakan medsos. Sehingga mereka lebih bijak lagi.***