Jakarta, – Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman, mengungkapkan bahwa kombinasi antara suku bunga acuan yang tinggi dan inflasi yang rendah dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi.
Saat ini, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) berada pada level 6 persen, sementara inflasi tercatat sebesar 1,57 persen secara tahunan (year-on-year) pada Desember 2024. Kondisi ini menciptakan suku bunga riil yang tinggi, yang menurut Rizal, dapat meningkatkan biaya pinjaman riil. “Suku bunga riil yang tinggi cenderung menekan investasi dan konsumsi, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi,” jelasnya, Senin.
Rizal menambahkan bahwa suku bunga acuan yang tinggi cenderung meningkatkan suku bunga pinjaman perbankan. Hal ini membatasi akses masyarakat terhadap pembiayaan, yang pada gilirannya mengurangi daya beli, konsumsi domestik, dan kemampuan berinvestasi. “Kondisi ini menyebabkan rendahnya tekanan permintaan dalam perekonomian, sehingga menekan laju inflasi,” lanjutnya.
Meski demikian, Rizal menekankan bahwa inflasi yang terjaga rendah dan stabil dapat memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menyesuaikan kebijakan moneternya guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia telah berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memastikan inflasi tetap dalam sasaran, sambil terus memantau dinamika kondisi yang berkembang.
“Jika inflasi tetap terkendali, ada peluang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi,” ujar Rizal. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2024 sebesar 0,44 persen secara bulanan (month-to-month), sehingga inflasi IHK tahunan 2024 mencapai 1,57 persen yoy. Angka ini masih dalam kisaran target pemerintah, yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung pada 17-18 Desember 2024, diputuskan untuk mempertahankan BI rate di level 6 persen. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan prospek inflasi ke depan.