Jakarta – Demonstrasi warga Israel yang menuntut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera menyepakati pertukaran sandera dengan Hamas semakin memanas. Pada Selasa, 3 September 2024 ribuan orang berdemo di berbagai kota, termasuk Tel Aviv, menyerukan pembebasan sandera serta melontarkan kekecewaan pada Netanyahu.
Situasi di Israel semakin memanas setelah insiden tewasnya enam sandera di Rafah. Menurut laporan surat kabar Yedioth Ahronoth, unjuk rasa di Begin Road meningkat menjadi bentrokan antara demonstran dan aparat kepolisian, yang berujung pada penangkapan beberapa demonstran yang terlibat dalam kericuhan.
Di Rehovot, sekitar 1.000 orang berkumpul untuk mendukung keluarga Nimrod Cohen, seorang tentara Israel yang masih ditawan di Jalur Gaza, dengan tuntutan agar pemerintah segera menyelamatkan dan memulangkannya. Demonstrasi juga terjadi di Herzliya, dekat rumah anggota Knesset Yuli Edelstein, serta di Persimpangan Ra’anana di Rute 4, di mana para pengendara pun berhenti untuk menunjukkan solidaritas.
Insiden tewasnya para sandera di Rafah telah memicu protes yang luas di Israel, mencerminkan ketegangan yang terus meningkat terkait situasi ini. Militer Israel menuding Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kematian para sandera, sementara Hamas mengklaim bahwa kematian tersebut disebabkan oleh serangan militer Israel.
Kematian ini mengejutkan masyarakat Israel, terutama karena tiga dari enam sandera tersebut seharusnya termasuk dalam kelompok pertama yang akan dibebaskan dalam kesepakatan pertukaran sandera yang tengah dinegosiasikan. Insiden ini telah memicu protes dari warga Israel yang mendesak pemerintah untuk segera membebaskan sandera lainnya yang masih ditawan oleh Hamas.
Di sisi lain, Hamas menyalahkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, atas kematian para sandera. Pejabat senior Hamas, Khalil Al-Hayya, menyatakan bahwa para sandera tewas akibat serangan yang diluncurkan oleh pasukan militer Israel, bukan karena tindakan dari pihak Hamas. Situasi ini menambah kompleksitas negosiasi dan meningkatkan tekanan pada pemerintah Israel dalam upaya pembebasan sandera.
Hingga kini, negosiasi antara Israel dan Hamas untuk mencapai kesepakatan pertukaran sandera belum juga berhasil. Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah melakukan berbagai upaya diplomasi selama beberapa bulan terakhir untuk membujuk kedua belah pihak menyepakati perjanjian. Namun, upaya tersebut menemui hambatan karena Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menolak tuntutan Hamas untuk menghentikan perang sepenuhnya.
Sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, Israel terus melancarkan serangan militer di Jalur Gaza. Konflik yang berkepanjangan ini telah menyebabkan banyak korban jiwa, terutama di kalangan warga sipil Palestina. Menurut laporan, lebih dari 40.800 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, sementara lebih dari 94.300 orang terluka. Meskipun Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah segera menyembunyikan gencatan senjata, pertempuran masih terus berlanjut.