HALUAN.CO – Pemerintah lokal di Gaza menyerukan penghentian distribusi bantuan kemanusiaan melalui jalur udara karena dianggap memperparah kondisi kemanusiaan yang sudah kritis. Mereka menyebut bahwa metode ini justru menimbulkan kekacauan dan jatuhnya korban jiwa.
“Menerjunkan bantuan kemanusiaan menyebabkan peningkatan korban jiwa di kalangan masyarakat akibat berdesak-desakan saat saling berebut bantuan,” ujar pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri Gaza, Rabu (6/8/2025), dikutip dari Antara, Kamis (7/8/2025).
Menurut mereka, insiden fatal juga terjadi karena kontainer bantuan sering jatuh di area permukiman dan kamp pengungsian, “Di beberapa kasus, bahkan ada korban tewas,” isi pernyataan resminya.
“Terlebih, kontainer bantuan yang diterjunkan kerap mendarat di bangunan tempat tinggal dan tenda pengungsian sehingga menimbulkan korban jiwa di kalangan wanita dan anak-anak,” tambah pernyataan tersebut.
Dengan krisis pangan yang makin parah, pihak Gaza mendesak agar seluruh akses darat segera dibuka agar distribusi bantuan bisa lebih aman dan teratur.
“Satu-satunya cara untuk menghentikan krisis kemanusiaan ini adalah dengan membuka semua titik perbatasan darat demi memastikan bantuan kemanusiaan dan pangan (melalui darat) mengalir tanpa halangan,” tulis pernyataan tersebut.
WHO sebelumnya telah memperingatkan tentang peningkatan malanutrisi di Gaza. Dalam laporannya pada 23 Juli, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyebut 10 persen penduduk Gaza mengalami malanutrisi akut. Ibu hamil dan menyusui pun tak luput, dengan lebih dari 20 persen mengalami kondisi serupa.
Tedros menyebut kelaparan makin memburuk akibat dihentikannya distribusi bantuan dan adanya hambatan akses masuk ke wilayah tersebut.
Pada 26 Juli 2025, Israel kembali mengizinkan pengiriman bantuan dari udara oleh negara asing. Bantuan ini dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang bekerja sama dengan Amerika Serikat dan menyasar wilayah selatan Gaza.
Namun demikian, laporan media menunjukkan bahwa warga yang mencoba mendapatkan bantuan tetap menghadapi kekerasan dari pasukan Israel, termasuk penembakan saat mengantre makanan.