Jakarta – Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pada Minggu (11/1), mendesak Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menyepakati gencatan senjata dengan Hamas di Gaza. Desakan ini disampaikan Biden melalui percakapan telepon, menjelang akhir masa jabatannya yang akan berakhir pada 20 Januari mendatang, ketika Presiden terpilih Donald Trump akan menggantikannya.
Dalam rilis resmi dari Gedung Putih, Biden menekankan pentingnya gencatan senjata dan menyinggung kemungkinan penambahan bantuan kemanusiaan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut. Netanyahu, dalam pembicaraan itu, memberikan informasi kepada Biden mengenai kemajuan negosiasi gencatan senjata, termasuk pembebasan sandera. PM Netanyahu juga menyampaikan rasa terima kasihnya atas dukungan kuat dari AS kepada Israel selama masa kepresidenan Biden.
Selain isu Gaza, kedua pemimpin juga membahas perubahan signifikan di Timur Tengah, termasuk gencatan senjata di Lebanon, runtuhnya rezim Bashar Al Assad di Suriah, dan melemahnya Iran. Perubahan ini dianggap sebagai perkembangan penting yang dapat mempengaruhi stabilitas kawasan.
Jake Sullivan, Penasihat Keamanan Nasional Biden, turut memberikan pernyataan mengenai negosiasi gencatan senjata. Sullivan mengatakan bahwa Israel dan Hamas “sangat, sangat dekat” untuk mencapai kesepakatan. Ia juga menambahkan bahwa masih ada peluang untuk mencapai kesepakatan sebelum Biden meninggalkan jabatannya.
Saat ini, mediator seperti AS, Qatar, dan Mesir, sedang berupaya keras untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Namun, upaya ini sering kali menemui jalan buntu karena perbedaan pandangan antara Israel dan Hamas. Agresi Israel ke Gaza yang dimulai sejak Oktober 2023 telah menyebabkan kerusakan besar, dengan lebih dari 46.000 warga Palestina meninggal dan puluhan rumah sakit lumpuh total.