Jakarta – Seorang mahasiswi program kedokteran spesialis di Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, ditemukan tak bernyawa di tempat indekosnya. Mahasiswi tersebut diduga mengakhiri hidupnya sendiri akibat mengalami perundungan. Polisi menemukan jasad mahasiswi itu pada Senin (12/8) pukul 23.00 WIB. Dalam penyelidikan awal, ditemukan buku harian yang mengungkapkan bahwa korban mengalami masa sulit selama menjalani pendidikan kedokteran.
Kasus ini segera menarik perhatian Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. Ia menyatakan akan melakukan langkah-langkah penyelidikan untuk merespons kejadian tragis ini. “Kami akan menyelidiki lebih lanjut untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi dan mengambil tindakan yang diperlukan,” ujar Budi.
Polisi menemukan mahasiswi tersebut dalam posisi miring seperti tertidur di kamar indekosnya. Wajahnya tampak lebam kebiruan, yang menandakan adanya tanda-tanda kekerasan atau efek dari obat yang dikonsumsi. Polisi menyebut bahwa mahasiswi itu menyuntikkan obat penenang ke tubuhnya, yang kemudian menyebabkan kematiannya.
Selain itu, polisi juga menemukan sebuah buku catatan harian di kamar indekos mahasiswi tersebut. Buku tersebut mengungkapkan masa-masa sulit yang dialami korban selama kuliah kedokteran, termasuk masalah dengan seniornya. Polisi juga mengungkapkan bahwa mahasiswi tersebut sempat curhat kepada ibunya mengenai tekanan yang dialaminya.
Menanggapi dugaan perundungan, pihak Universitas Diponegoro membantah adanya perundungan di kampus mereka. Rektor Undip, Suharnomo, menegaskan bahwa dugaan perundungan terhadap peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) berinisial ARL itu tidak benar. “Kami tidak menemukan bukti adanya perundungan di kampus kami,” tegas Suharnomo.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menaruh perhatian khusus terhadap kejadian ini. Ia mengungkapkan bahwa banyak peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang mengalami tekanan mental hingga ingin bunuh diri. Hal ini diketahui dari tes kesehatan mental yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. “Kami menemukan bahwa gangguan mental ini disebabkan oleh perundungan dari senior,” ungkap Budi.
Sebagai langkah tegas, Kementerian Kesehatan memutuskan untuk menutup jurusan anestesi di Undip. “Kami tidak akan mentolerir perundungan dalam bentuk apapun. Jurusan anestesi di Undip akan ditutup sementara hingga masalah ini selesai,” tegas Budi.
Menteri Kesehatan juga membuka peluang untuk menghukum dokter senior yang terlibat dalam perundungan. “Jika terbukti ada dokter senior yang terlibat, kami tidak akan ragu untuk memberikan sanksi tegas,” ujar Budi. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali dan memastikan lingkungan pendidikan yang sehat dan aman bagi semua mahasiswa.