Jakarta – Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengungkapkan dampak kebijakan suku bunga terhadap pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS). Pada Rabu sore waktu setempat, The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin.
Dalam keterangannya, Powell menyatakan bahwa pemotongan suku bunga sebesar setengah poin persentase ini memiliki dampak terbatas pada pilpres yang mempertemukan Wakil Presiden Kamala Harris dan Donald Trump. Powell menjelaskan bahwa dampak ekonomi dari keputusan tersebut akan berjalan secara perlahan.
Meskipun pemotongan suku bunga terjadi pada putaran terakhir pemilihan Trump vs Harris, Powell menegaskan bahwa The Fed membuat keputusannya dengan fokus pada kepentingan konsumen, bukan atas kepentingan politik lainnya.
Meskipun The Fed berupaya memisahkan keputusannya dari latar belakang politik, pemotongan suku bunga segera menjadi bola politik setelah pengumuman tersebut. Pemerintah Biden menganggap pengumuman pemotongan itu sebagai kemenangan bagi agenda ekonomi pemerintah saat ini, yang dipimpin oleh Biden.
Sementara itu, tim kampanye Kamala Harris, yang saat ini merupakan wakil Biden, menyatakan bahwa pemotongan suku bunga adalah kesempatan untuk menggandakan platform ekonomi calon presiden dari Partai Demokrat tersebut.
Di sisi lain, Trump mengubah pemangkasan suku bunga menjadi serangan terhadap catatan ekonomi pemerintahan Biden-Harris. Ia juga menyatakan bahwa The Fed mungkin bermotif politik dalam keputusannya.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump rutin dalam mengkritik Powell. Saat berkampanye untuk masa jabatan kedua, Trump mengatakan bahwa ia yakin presiden harus mendapatkan masukan resmi dalam pengambilan keputusan The Fed.
Trump dan Harris sama-sama berupaya untuk menempatkan diri mereka sebagai kandidat terbaik untuk kesehatan ekonomi Amerika Serikat. Saat ini, para pemilih berulang kali menempatkan biaya hidup yang tinggi sebagai isu utama mereka dalam jajak pendapat nasional.
Setelah pandemi, inflasi AS melonjak ke level tertinggi dalam kurun waktu 40 tahun, membuat tagihan belanjaan, perumahan, gas, dan biaya hidup sehari-hari lainnya menjadi lebih mahal bagi konsumen Amerika. Untuk mendinginkan ekonomi, The Fed mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022, yang selanjutnya menekan anggaran konsumen.
Kesulitan ekonomi tersebut mengubah harga yang tinggi menjadi prioritas utama pemilih pada siklus pemilihan ini. Sebagai hasilnya, isu ini telah menjadi fokus utama bagi kampanye Partai Demokrat dan Partai Republik.