Fenomena Tunawisma di Bandara Internasional Barajas Madrid: Tantangan Sosial dan Ekonomi

redaksiHaluan
4 Min Read

HALUAN.CO – Bandara Internasional Barajas di Madrid kini menjadi tempat perlindungan sementara bagi ratusan tunawisma. Lonjakan harga sewa hunian di ibu kota Spanyol memaksa banyak pekerja berpendapatan rendah mencari tempat berlindung di terminal bandara, yang seharusnya hanya digunakan sebagai tempat transit.

Salah satu dari mereka adalah Victor Fernando Meza, pria berusia 45 tahun asal Peru. Meski bekerja setiap hari, penghasilannya belum cukup untuk membayar sewa apartemen di Madrid. Akibatnya, ia memilih menginap di bandara, tempat yang dianggapnya relatif aman dibandingkan tidur di jalanan.

Meza biasanya tiba di Bandara Barajas sebelum pukul 21.00 untuk menghindari aturan baru yang melarang orang tanpa tiket pesawat berada di area tertentu setelah jam tersebut. Aturan ini diterapkan untuk menekan jumlah tunawisma yang bermalam di bandara. Namun, bagi Meza dan banyak lainnya, kebijakan ini justru menghilangkan satu-satunya tempat aman yang mereka miliki.

“Yang membuat onar itu kan sudah diketahui siapa saja—yang merokok, yang mabuk setiap hari. Harusnya mereka yang dikeluarkan, bukan semuanya,” keluh Meza dikutip dari AFP.

Sesekali, Meza mendapat pekerjaan sebagai buruh pindahan dan berharap dapat menabung untuk menyewa apartemen bersama saudaranya, meski hal itu terasa sulit terwujud. Menurut data dari situs properti Idealista, rata-rata biaya sewa apartemen seluas 60 meter persegi di Madrid saat ini mencapai 1.300 euro (sekitar Rp 24 juta) per bulan, hampir dua kali lipat dari satu dekade lalu. Harga yang sangat memberatkan pekerja berpenghasilan rendah seperti Meza. Selain kesulitan ekonomi, tidur di bandara juga menimbulkan tekanan psikologis.

Berita Lainnya  Dikucuri Anggaran Revitalisasi Rp3 M, Pedagang Pasar Ulak Karang: Terima Kasih Pak Andre Rosiade

“Orang-orang memandang rendah kami. Di sini masih banyak rasisme,” ungkap Meza. Ia berencana pulang ke Peru saat usianya mencapai 50 tahun.

Fenomena tunawisma yang tinggal di bandara tidak hanya terjadi di Madrid, tetapi juga muncul di beberapa bandara lain di Spanyol, seperti Barcelona, Gran Canaria, Malaga, Palma de Mallorca, dan Tenerife, meski dalam skala yang lebih kecil.

Berdasarkan survei lembaga amal Katolik pada Maret lalu, terdapat sekitar 421 orang yang menginap di Bandara Madrid, sebagian besar adalah pria. Sekitar separuh dari mereka telah tinggal di sana lebih dari enam bulan, dan 38 persen di antaranya memiliki pekerjaan. Mereka umumnya meninggalkan bandara saat siang hari.

Sayangnya, alih-alih mendapat solusi konkret, persoalan ini justru menjadi ajang saling lempar tanggung jawab antar lembaga. Aena, operator bandara yang dikelola pemerintah pusat, menyatakan bahwa penanganan masalah sosial adalah kewajiban pemerintah kota dan meminta Pemkot Madrid bertanggung jawab mengurus kelompok rentan tersebut.

Berita Lainnya  Israel Hukum Diplomat Kanada di Palestina! Ada Apa?

Wali Kota Madrid, Jose Luis Martinez-Almeida, yang berasal dari kubu konservatif, menegaskan bahwa Aena merupakan tanggung jawab pemerintah pusat dan persoalan ini juga bergantung pada kementerian terkait.

Pemkot Madrid juga menilai bahwa mayoritas penghuni bandara adalah warga asing yang seharusnya ditangani melalui sistem perlindungan internasional Spanyol. Meski beberapa langkah mulai diambil, termasuk menyewa konsultan untuk mendata dan memprofilkan para tunawisma di bandara, Meza tetap meragukan perubahan yang signifikan.

“Kami tidak ingin bantuan. Kami tidak ingin apa-apa. Kami hanya tidak ingin diganggu,” tutupnya.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *