HALUAN.CO – Flyover Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, atau yang lebih dikenal sebelumnya sebagai Flyover Pasupati, menjadi salah satu proyek infrastruktur strategis di Bandung. Dibangun dengan total anggaran Rp484 miliar, jembatan ini tak lepas dari berbagai dinamika dalam proses pembangunannya—mulai dari penundaan, pembebasan lahan yang kompleks, hingga sempat batal difungsikan untuk Konferensi Asia Afrika 2005.
Flyover ini memiliki panjang total sekitar 3 km, dengan konstruksi yang terdiri atas bagian cable stayed sepanjang 161 meter dan jembatan layang empat lajur. Proyek ini menjadi yang pertama di Indonesia menggunakan teknologi cable stayed untuk jalan raya.
Pengerjaan proyek dilakukan oleh konsorsium PT Wijaya Karya, PT Waskita Karya, dan CGC dari Kuwait. Sementara itu, desain ulang struktur utama ditangani oleh para ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pembangunan flyover dimulai sejak 1998, namun sempat terhenti selama hampir empat tahun karena ketegangan politik di kawasan Timur Tengah yang berdampak pada terhentinya pinjaman dari Pemerintah Kuwait. Proyek kembali digenjot pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, dan baru rampung pada akhir Mei 2005.
Padahal, infrastruktur ini awalnya ditargetkan selesai pada April 2005 agar bisa dilintasi oleh delegasi KAA. Sayangnya, keterlambatan penyelesaian membuat flyover ini gagal digunakan dalam momentum bersejarah tersebut.
Flyover yang membentang menghubungkan Jalan Pasupati dan Surapati ini akhirnya diresmikan pada 12 Juli 2005 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bersamaan dengan pembukaan Jalan Tol Cipularang Tahap II. Kini, flyover tersebut menjadi salah satu simbol kota Bandung sekaligus jembatan layang terpanjang kedua di Indonesia setelah Suramadu.