Tanggerang – Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II Tanggerang melaporkan bahwa tiga wilayah di pesisir selatan Jawa Barat diguncang gempa bumi tektonik pada Rabu, 24 Juli 2024. Wilayah yang terdampak adalah Kabupaten Garut, Kabupaten Pangandaran, dan Kabupaten Sukabumi.
Dalam informasi yang disampaikan melalui akun Instagram @bmkgwilayah2, BBMKG Wilayah II Tanggerang menyebutkan bahwa gempa bumi yang melanda Kabupaten Garut dan sekitarnya terjadi pada pukul 14.26 WIB. Gempa tersebut berkekuatan magnitudo 2.8 dengan pusat gempa berada di laut, berjarak 125 kilometer barat daya pusat pemerintahan Kabupaten Garut di Kecamatan Garut Kota. Kedalaman gempa tercatat 36 kilometer dengan episenter di 8.14 derajat Lintang Selatan dan 107.24 derajat Bujur Timur.
Sementara itu, gempa bumi tektonik yang melanda Kabupaten Pangandaran dan sekitarnya terjadi pada pukul 11.37 WIB dengan kekuatan magnitudo 3.5. Pusat gempa berada di laut pada koordinat 8.38 derajat Lintang Selatan dan 107.90 derajat Bujur Timur, atau sekitar 100 kilometer barat daya pusat pemerintahan Kabupaten Pangandaran di Kecamatan Kalipucang. Kedalaman gempa tercatat 27 kilometer.
Sedangkan gempa bumi yang melanda Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya terjadi pada pukul 04.52 WIB dengan kekuatan magnitudo 3.8. Pusat gempa berada di laut dengan kedalaman 9 kilometer, pada koordinat 9.25 derajat Lintang Selatan dan 106.80 derajat Bujur Timur, atau sekitar 252 kilometer tenggara Kabupaten Sukabumi.
Pada saat terjadi gempa bumi yang cukup kuat di sejumlah pesisir selatan Jawa Barat pada 27 April 2024, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana dalam analisisnya menyampaikan bahwa morfologi wilayah pesisir selatan Jawa Barat umumnya berupa dataran pantai yang berbatasan dengan perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal di bagian utara.
Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunung api muda atau breksi gunung api, lava, dan tuff. Selain itu, terdapat juga batuan berumur Tersier berupa batuan sedimen dan batuan rombakan gunung api.
Sebagian batuan rombakan gunung api muda dan batuan berumur Tersier api itu telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan cenderung bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated), dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, terdapat potensi terjadinya gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari BMKG, USGS Amerika Serikat, dan GFZ Jerman, gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas penunjaman atau subduksi, yang dikenal juga sebagai gempa bumi intraslab dengan mekanisme sesar naik. Menurut catatan, sumber gempa bumi intraslab di Jawa Barat Selatan ini telah beberapa kali mengakibatkan bencana, yaitu pada tahun 1979, 2007, 2017, 2022, dan 2023.
Mengingat wilayah pesisir Jawa Barat Selatan tergolong rawan gempa bumi dan tsunami, maka upaya mitigasi harus ditingkatkan melalui mitigasi struktural dan non-struktural. Kejadian gempa bumi ini diperkirakan tidak berpotensi mengakibatkan bahaya ikutan (collateral hazard) berupa retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi.