HALUAN.CO – Bagi masyarakat urban yang menginginkan ketenangan sejati dari rutinitas kota besar seperti Jakarta, Gili Trawangan menjadi destinasi yang patut dipertimbangkan. Pulau ini telah lama menerapkan kebijakan pelarangan kendaraan bermotor, yang secara resmi diperkuat melalui peraturan desa sejak tahun 2014, setelah sebelumnya termuat dalam aturan adat (awig-awig).
Ketiadaan kendaraan bermotor memberikan pengalaman relaksasi total bagi para pengunjung. Mereka dapat menikmati udara bersih dan suasana hening, sembari mengeksplorasi keindahan alam Gili Trawangan. Sebagai pengganti moda transportasi, masyarakat setempat menggunakan cidomo (kereta kuda), dengan pengaturan ketat terhadap pembuangan kotoran hewan agar tidak mengganggu kenyamanan publik maupun kebersihan lingkungan.
Selain bebas kendaraan bermotor, Gili Trawangan bersama dua pulau tetangganya, Gili Air dan Gili Meno, menerapkan berbagai peraturan khusus demi menjaga keberlanjutan lingkungan. Aturan tersebut mencakup larangan mengenakan bikini di area umum, larangan membawa anjing, serta imbauan untuk tidak menggunakan botol plastik sekali pakai. Wisatawan juga diharapkan membawa tumbler pribadi serta uang tunai dalam jumlah cukup untuk kebutuhan di luar penginapan dan restoran.
Lebih lanjut, penggunaan sepeda dan motor listrik untuk keperluan komersial kini juga dilarang. Hal ini ditujukan untuk menjaga keberlangsungan ekonomi kusir cidomo yang menggantungkan penghasilan dari sektor transportasi lokal. Ketentuan tersebut telah dilembagakan dalam awig-awig dan bersifat mengikat bagi seluruh penduduk maupun pengunjung.
Dengan kebijakan-kebijakan tersebut, Gili Trawangan tidak hanya menyuguhkan keindahan alam yang memukau, tetapi juga menawarkan pengalaman wisata yang bertanggung jawab dan berorientasi pada pelestarian lingkungan.