Jakarta – Sebuah riset mutakhir mengungkapkan bahwa individu dengan tipe darah tertentu memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami stroke pada usia muda, yakni sebelum mencapai 60 tahun. Stroke, yang terjadi akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah, umumnya dikaitkan dengan faktor kesehatan dan gaya hidup yang kurang baik. Meskipun sering dialami oleh mereka yang berusia di atas 60 tahun, stroke juga dapat menyerang individu yang lebih muda, khususnya dalam rentang usia 20 hingga 45 tahun.
Penelitian menunjukkan bahwa anak muda dengan golongan darah A lebih rentan mengalami stroke sebelum mencapai usia 60 tahun. Berdasarkan laporan dari Science Alert, penelitian yang dilakukan pada tahun 2022 ini menemukan adanya hubungan antara gen golongan darah A dengan risiko stroke dini. Penelitian ini dilakukan oleh tim ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Universitas Maryland yang meneliti hubungan antara karakteristik genetik, seperti golongan darah, dengan kejadian stroke.
Para peneliti mengumpulkan data dari 48 studi genetik yang berfokus pada stroke iskemik. Dalam penelitian ini, sebanyak 17.000 orang dewasa berusia 18-59 tahun yang mengalami stroke dan hampir 600.000 orang yang tidak mengalami stroke menjadi subjek penelitian. Analisis genom yang dilakukan secara luas mengungkapkan adanya dua area kromosom yang sangat terkait dengan risiko stroke, salah satunya bertepatan dengan lokasi gen golongan darah.
Hasil analisis menunjukkan bahwa individu dengan golongan darah A memiliki kemungkinan 16 persen lebih tinggi untuk mengalami stroke sebelum usia 60 tahun dibandingkan dengan golongan darah lainnya. Namun, risiko mereka untuk mengalami stroke lanjut atau tambahan hanya sekitar lima persen. Selain itu, penelitian ini juga menemukan bahwa individu dengan golongan darah B memiliki kemungkinan sekitar 11 persen lebih tinggi untuk mengalami stroke tanpa memandang usia. Sebaliknya, individu dengan golongan darah O memiliki risiko stroke dini yang lebih rendah, yaitu sebesar 12 persen, dengan risiko stroke lanjutan hanya empat persen.
Meskipun penelitian ini menemukan adanya hubungan antara golongan darah A dan risiko stroke dini, para peneliti menekankan bahwa peningkatan risiko tersebut sangat kecil. Oleh karena itu, penting untuk tidak menganggap golongan darah sebagai satu-satunya faktor risiko stroke, melainkan sebagai salah satu dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang.
Penelitian ini melibatkan partisipan yang sebagian besar berasal dari Amerika Utara, Eropa, Jepang, Pakistan, dan Australia, dengan hanya 35 persen partisipan yang berasal dari keturunan non-Eropa. Oleh karena itu, penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih beragam diperlukan untuk memperjelas signifikansi hasil penelitian ini.
