Jakarta – Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla, menyoroti tingginya angka golput dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024 yang mencapai 46,95 persen. Angka ini disebut-sebut sebagai yang tertinggi sepanjang sejarah Pilkada di wilayah tersebut. Partisipasi pemilih dalam Pilgub Jakarta kali ini hanya mencapai 4.357.512 dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 8.214.007, yang berarti partisipasi pemilih hanya 53,05 persen.
Beberapa bulan sebelum Pilkada, Jakarta sempat diwarnai oleh seruan golput atau tidak memilih satu pun pasangan calon. Fenomena ini bergema kuat di media sosial, terutama ketika mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, terancam tidak mendapatkan tiket untuk maju kembali karena tidak ada partai politik yang mengusungnya. Beberapa pihak menyebut bahwa partai politik enggan mengusung Anies karena terjebak dalam kepentingan politik tertentu.
Jusuf Kalla menuturkan bahwa jika benar tingginya angka golput di Pilkada DKI Jakarta disebabkan oleh seruan tersebut, maka hal ini akan menjadi dampak negatif bagi kehidupan demokrasi. Menurutnya, partisipasi pemilih yang rendah dapat mengurangi legitimasi hasil pemilihan dan mengancam prinsip-prinsip demokrasi yang sehat.
Meskipun angka partisipasi menurun, Jusuf Kalla tetap bersyukur karena pelaksanaan Pilkada serentak pertama ini dapat berlangsung dengan aman dan damai. Ia mengakui bahwa ada beberapa daerah yang mengalami kericuhan, namun menurutnya kericuhan tersebut tidak menyasar langsung pada pelaksanaan Pilkada.
Berdasarkan hasil hitung cepat dari sejumlah survei, pasangan calon Pramono Anung-Rano Karno unggul dari dua pasangan calon lainnya, yaitu Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana. Keunggulan ini menunjukkan bahwa meskipun partisipasi pemilih menurun, proses demokrasi tetap berjalan dengan baik.