Haluan.co – Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan, penerapan sistem traceability (ketertelusuran) adalah kunci dalam meningkatkan transparansi dan keberlanjutan perdagangan antara Indonesia dan Australia.
Sistem ketertelusuran adalah alat yang ampuh untuk memastikan kualitas, keamanan, dan kepatuhan produk terhadap standar tertentu. Penerapan sistem ketertelusuran dinilai dapat mendorong kemajuan untuk perdagangan kedua negara.
Hal tersebut disampaikan Wamendag Jerry saat memberikan sambutan dalam acara Traceability in Global Trade Symposium di Hotel Pullman, Jakarta pada hari ini, Selasa, (7/11). Acara tersebut diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bekerja sama dengan Export Council of Australia (ECA). Terselenggaranya simposium ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke Australia pada Juli 2023 lalu.
“Penerapan sistem ketertelusuran adalah sebuah kemajuan untuk perdagangan Indonesia-Australia. Sistem ketertelusuran dapat memastikan kualitas, keamanan, dan kepatuhan produk terhadap standar tertentu. Sistem ketertelusuran bukan hanya menjadi istilah teknis, tetapi merupakan prinsip dasar yang memengaruhi cara kita berbisnis, dan produk yang kita konsumsi. Hal tersebut merupakan kunci dalam meningkatkan transparansi dan keberlanjutan perdagangan antara kedua negara,” ujar Wamendag Jerry.
Wamendag Jerry meneruskan, sistem ketertelusuran merupakan prinsip fundamental dalam perdagangan global yang saling terhubung. Sistem ketertelusuran tidak hanya terkait dengan aspek teknis, namun juga terkait transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan.
Hal ini memiliki peranan penting dalam memastikan kualitas, keamanan produk, dan pemenuhan standar tertentu seperti sertifikasi halal di Indonesia, Illegal Logging Prohibition Act di Australia, regulasi anti-deforestasi di Uni Eropa, dan Lacey Act di Amerika Serikat.
Lebih lanjut, Wamendag Jerry menekankan, sistem ketertelusuran merupakan alat yang dapat digunakan untuk memperkuat tanggung jawab sosial dan lingkungan di dalam bisnis. Berkaitan dengan itu, sistem ketertelusuran diharapkan dapat mendukung produsen yang bertanggung jawab dan mendorong praktik berkelanjutan.
“Sistem ketertelusuran tidak boleh menjadi beban, melainkan sebuah peluang agar dunia usaha dapat berkembang dengan menerapkan praktik-praktik yang bertanggung jawab. Sistem ketertelusuran dapat melindungi kesehatan dan keselamatan, mendukung produksi yang bertanggung jawab, memerangi penipuan dan aktivitas ilegal, serta berkontribusi pada dunia yang lebih adil dan berkelanjutan,” ungkap Wamendag Jerry.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Australia menempati peringkat ke-15 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 1,19 persen pada Januari—Agustus 2023. Pada periode tersebut, nilai ekspor Indonesia ke Australia mencapai USD 2,05 miliar yang didominasi mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, serta bahan bakar mineral. Sementara itu, nilai impor Indonesia dari Australia sebesar USD 6,08 miliar yang didominasi bahan bakar mineral, sereal, logam mulia, dan perhiasan/permata.
Wamendag Jerry menjelaskan, hubungan kerja sama Indonesia-Australia semakin erat, terutama setelah implementasi Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement/IA-CEPA) pada Juli 2020. Saat ini, Australia merupakan mitra dagang yang penting bagi Indonesia. Hubungan perdagangan Indonesia-Australia membawa peluang ekspor dan impor yang signifikan antara kedua negara.
Wamendag Jerry juga mengutarakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III-2023 mencapai 4,94 persen (YoY). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang.
Selain itu, Wamendag Jerry menambahkan, angka inflasi Indonesia pada Oktober 2023 juga terjaga pada 2,56 persen (YoY). Angka tersebut relatif rendah jika dibandingkan sejumlah negara Group of Twenty (G20) dan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Kemudian, neraca perdagangan Indonesia surplus 41 bulan berturut-turut. Surplus tersebut sebesar USD 3,42 miliar pada September 2023.
Turut hadir dalam Traceability in Global Trade Symposium Wakil Ketua Hubungan Internasional Kadin Indonesia Bernardino M. Vega dan Chief Executive Officer ECA Arnold Jorge. Simposium ini dihadiri 50 peserta yang terdiri dari eksportir, produsen, pembeli, dan penyedia layanan teknologi. Simposium ini membahas mengenai sistem ketertelusuran makanan (daging sapi dan jeruk), sistem ketertelusuran serat (kapas), dan sistem ketertelusuran mineral kritis.
Simposium ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi eksportir dan produsen. Simposium ini diharapkan dapat memfasilitasi hubungan antar-pemangku kepentingan dan pelaku utama dalam sistem pencatatan yang digunakan untuk proses produksi. Simposium ini juga bertujuan merangkum kebutuhan perdagangan yang dapat menjadi potensi di masa depan. Simposium ini merupakan bagian dari Indonesia-Australia Business Conference yang dihelat pada 7—9 November 2023 di Jakarta.***