Jakarta – Basem Naim, seorang petinggi senior Hamas, menegaskan bahwa kelompok perlawanan Palestina ini tidak dapat dihapuskan, meskipun ada laporan bahwa Yahya Sinwar, salah satu pemimpin mereka, tewas dibunuh oleh Israel di Gaza pada Kamis (17/10). Pernyataan ini muncul di tengah ketidakpastian mengenai kebenaran kematian Sinwar, yang hingga kini belum dikonfirmasi secara resmi oleh pihak Hamas.
Naim menyatakan bahwa kematian para pemimpin Hamas justru semakin meningkatkan popularitas kelompok tersebut dalam perjuangan menuju Palestina yang merdeka. Meskipun demikian, belum ada pernyataan resmi dari Hamas mengenai kematian Yahya Sinwar, yang disebut-sebut dibunuh oleh Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengonfirmasi kematian Sinwar dan menegaskan bahwa perang di Gaza akan terus berlanjut. Netanyahu juga menyampaikan pesan kepada penduduk Gaza, menuduh Sinwar sebagai pelaku pembantaian paling mengerikan dalam sejarah Israel sejak Holocaust. Ia menyebut Sinwar sebagai pembunuh massal dan penculik ratusan warga Israel.
Militer Israel telah melacak keberadaan Yahya Sinwar selama setahun terakhir. Dalam periode tersebut, mereka meningkatkan operasi dan bekerja sama dengan Badan Keamanan Israel, Shin Bet. Brigade yang beroperasi di Rafah, dikenal sebagai 828 atau Bislach, terus berpatroli di wilayah tersebut.
Dalam operasi yang dilakukan, pasukan Israel mengidentifikasi dan melenyapkan tiga anggota milisi yang mereka sebut sebagai “teroris.” Namun, mereka tidak menyadari bahwa salah satu dari ketiga orang tersebut adalah Yahya Sinwar. Juru bicara IDF, Daniel Hagari, menyatakan bahwa pasukan Israel sempat terlibat pertempuran dengan ketiga orang tersebut.
Tentara Israel kemudian mengidentifikasi satu orang yang melarikan diri saat kelompok itu bubar setelah ditembak. Dalam sebuah video, terlihat bahwa Sinwar mengalami luka di bagian tangan, yang diduga akibat penembakan tersebut.