Jakarta – Hamas menuding Israel mengajukan syarat-syarat baru yang menghambat tercapainya gencatan senjata terkait konflik di Jalur Gaza. Namun, Hamas tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai syarat-syarat yang diajukan oleh Israel. Hingga saat ini, Israel belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait tuduhan tersebut.
Pembicaraan tidak langsung antara Israel dan Hamas, yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, telah berlangsung di Doha dalam beberapa hari terakhir. Negosiasi ini sempat membangkitkan harapan akan tercapainya kesepakatan gencatan senjata, meskipun kenyataannya masih sulit untuk diwujudkan.
Pada Senin (23/12), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan kepada parlemen bahwa terdapat “beberapa kemajuan” dalam negosiasi dengan Hamas. Kemudian, pada hari Selasa (24/12/2024), perwakilan dari Israel dilaporkan sudah kembali dari Qatar usai melakukan “negosiasi yang signifikan”.
Minggu lalu, Hamas bersama dua kelompok militan Palestina lainnya, yaitu Jihad Islam dan Front Populer untuk Pembebasan Palestina, mengeluarkan pernyataan bersama. Mereka menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata lebih dekat dari sebelumnya, asalkan Israel tidak memberlakukan persyaratan baru yang dapat menghambat proses perdamaian.
Upaya untuk mewujudkan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera sudah berulang kali mengalami kegagalan akibat ada berbagai hambatan. Meskipun telah dilakukan banyak perundingan tidak langsung, Israel dan Hamas hanya berhasil menyetujui satu gencatan senjata yang berlangsung selama seminggu pada akhir tahun 2023.