HALUAN.CO – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, melontarkan kritik tajam terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mereka tuduh sebagai penghalang utama dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Kritik ini disampaikan saat perundingan tidak langsung kembali digelar di Qatar, dengan mediasi Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.
Dalam pernyataan yang dikutip Press TV pada Selasa (15/7/2025), Hamas menuduh Netanyahu sengaja memperpanjang perang dan menolak jalan damai.
“Netanyahu terampil dalam menggagalkan putaran negosiasi demi negosiasi, dan tidak bersedia untuk mencapai kesepakatan apa pun,” kata Hamas dalam pernyataan resmi pada Senin malam.
Menurut Hamas, janji Netanyahu soal kemenangan mutlak hanyalah kedok untuk menutupi kegagalan politik dan militer Israel, baik di Gaza maupun di dalam negeri.
Padahal, kedua pihak sebenarnya telah menyatakan kesiapan untuk membebaskan 10 sandera yang masih hidup jika kesepakatan gencatan senjata selama dua bulan berhasil diraih. Namun, keengganan Israel untuk menarik semua pasukannya dari Jalur Gaza menjadi batu sandungan utama. Penarikan penuh itu merupakan salah satu tuntutan penting dari Hamas.
Lebih jauh lagi, Hamas mengklaim bahwa pihaknya masih mampu memberikan perlawanan yang kuat terhadap pasukan Israel.
“Semakin lama perang berlanjut, semakin tentara pendudukan tenggelam ke dalam pasir Gaza yang bergeser dan menjadi semakin rentan terhadap serangan kualitatif perlawanan,” bunyi peringatan keras dari Hamas.
Pernyataan ini menggarisbawahi sikap keras Hamas bahwa hanya melalui penarikan total pasukan Israel dan penghentian serangan militer, jalur menuju perdamaian bisa dicapai. Hingga kini, belum ada tanda-tanda terobosan berarti dalam negosiasi tersebut.