Jakarta – Hamas mengeluarkan pernyataan resmi setelah menolak hasil perundingan gencatan senjata Gaza yang diadakan di Qatar pada Jumat (16/8/2024) pekan lalu. Dalam pernyataan tersebut, Hamas menuding Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai penyebab utama kegagalan perundingan tersebut.
Hamas menuduh Netanyahu sengaja menetapkan persyaratan dan tuntutan baru yang bertujuan untuk menggagalkan perundingan dan memperpanjang konflik di Gaza. Salah satu tuntutan yang ditolak oleh Hamas adalah desakan Netanyahu agar pasukan pertahanan Israel (Israel Defense Force/IDF) ditempatkan di Koridor Philadelphi, yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
Netanyahu mengklaim bahwa pengerahan pasukan IDF di Koridor Philadelphi bertujuan untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata ke Gaza dan membangun kembali kemampuan militernya. Namun, tuntutan tersebut tidak tercantum dalam kesepakatan pada 27 Mei yang menjadi dasar bagi perundingan berikutnya dan ditolak oleh Hamas.
Dalam perundingan gencatan senjata ini, Hamas mendesak agar semua pasukan Israel ditarik sepenuhnya dari seluruh wilayah Jalur Gaza. “Kami menganggap Netanyahu sepenuhnya bertanggung jawab atas kegagalan upaya mediasi dan menghalangi kesepakatan,” demikian pernyataan Hamas yang dilansir dari Times of Israel. Hamas juga menegaskan bahwa mereka akan tetap pada usulannya sendiri soal kesepakatan gencatan senjata yang diajukan pada 2 Juli lalu.
Tuntutan Netanyahu soal kontrol di Koridor Philadelphi ini memicu perdebatan sengit di internal tim negosiasi Israel yang dipimpin oleh David Barnea dari Mossad, Ronen Bar dari Shin Bet, dan Nitzan Alon dari IDF. Tim tersebut sebelumnya sudah memperingatkan Netanyahu bahwa desakannya soal kontrol Israel di koridor itu bisa menghancurkan negosiasi. Namun, Netanyahu disebut menolak untuk mengalah.
Kegagalan perundingan gencatan senjata Gaza ini terjadi saat agresi dan serangan pasukan Zionis masih berlangsung di Palestina. Hingga saat ini, lebih dari 40 ribu warga sipil telah kehilangan nyawa, dengan mayoritas korban berasal dari kelompok rentan seperti anak-anak, perempuan, dan lansia.