Hamas Tolak Perlucutan Senjata Sebelum Palestina Diakui Penuh

Husni Rachma
3 Min Read

HALUAN.CO – Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan menyerahkan senjata sebelum negara Palestina yang berdaulat berdiri dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, membantah klaim bahwa mereka telah siap melucuti persenjataan.

Pernyataan ini dikeluarkan menyusul pernyataan dari Steve Witkoff, utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, yang menyatakan Hamas siap meletakkan senjata.

Namun, Hamas menolak anggapan tersebut dan menegaskan hak mereka untuk mempertahankan senjata sebagai bentuk perlawanan atas pendudukan.

“Kami tidak dapat melepaskan hak untuk melawan dan melepaskan senjata kami, kecuali negara Palestina yang merdeka dan berdaulat sepenuhnya dengan Yerusalem sebagai ibu kota telah terwujud,” tulis Hamas pada Minggu (3/8/2025).

Perlucutan senjata menjadi tuntutan utama Israel dalam setiap pembicaraan damai. Tapi, negosiasi tidak langsung yang melibatkan Israel dan Hamas dikabarkan kembali terhenti pekan lalu, menurut laporan BBC.

Sejumlah negara Arab disebut semakin mendorong Hamas agar menyerahkan senjata dan kendali atas Gaza, di tengah gelombang pengakuan negara Palestina oleh negara-negara Barat. Inggris pun mempertimbangkan pengakuan serupa dalam beberapa bulan mendatang jika Israel tak memenuhi persyaratan tertentu.

Berita Lainnya  Kode Darurat dan 'Bird Strike': Apa yang Terjadi Sebelum Kecelakaan Jeju Air?

Sandera, Kemanusiaan, dan Diplomasi

Di sisi lain, tekanan terhadap Israel semakin meningkat karena krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza.

Steve Witkoff telah bertemu dengan keluarga para sandera dalam kunjungan ke Tel Aviv pada Sabtu (2/8/2025). Ia disambut harapan dan tekanan agar AS mempercepat upaya pembebasan sandera.

Salah satu video yang dirilis Hamas menunjukkan kondisi Evyatar David yang sangat lemah dan tampak telanjang dada dalam lorong gelap. Keluarganya menuduh Hamas menyiksa secara psikologis untuk kepentingan propaganda.

Witkoff menegaskan fokus utama adalah mengakhiri konflik secara menyeluruh dan memastikan semua sandera kembali dengan selamat.

Ia juga bertemu dengan PM Benjamin Netanyahu serta memantau distribusi bantuan di Gaza selatan.

Kelaparan dan Konflik Berkepanjangan

Berdasarkan data PBB, sedikitnya 1.373 warga Palestina meninggal saat berusaha mendapatkan makanan sejak akhir Mei 2025. Kebanyakan dari mereka tewas di lokasi distribusi bantuan yang dioperasikan oleh GHF dengan dukungan AS dan Israel.

PBB menyatakan krisis ini sebagai bencana buatan manusia, menyalahkan Israel karena pembatasan bantuan.

Berita Lainnya  Rusia Siap Bertindak! Pelaku Kecelakaan Azerbaijan Airlines Akan Dihukum!

Namun Israel membantah klaim tersebut dan justru menyalahkan Hamas atas kerusuhan yang terjadi di lokasi distribusi bantuan.

Konflik ini bermula dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 ke Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera ratusan lainnya. Balasan militer Israel hingga kini telah menewaskan lebih dari 60.000 orang di Gaza, menurut data dari otoritas kesehatan di wilayah tersebut. Sebanyak 169 dari korban adalah penderita kelaparan, termasuk 93 anak-anak.

Militer Israel melalui Letjen Eyal Zamir menegaskan bahwa operasi akan tetap dilanjutkan hingga seluruh sandera dibebaskan.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *