Di Indonesia, harga cabai rawit mengalami peningkatan yang mencolok, hingga menyamai harga daging sapi. Fenomena ini menimbulkan keresahan di kalangan konsumen dan pelaku pasar. Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengidentifikasi beberapa faktor yang menjadi pemicu utama kenaikan harga ini.
Menurut Bapanas, salah satu faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga cabai rawit adalah cuaca ekstrem yang melanda beberapa daerah penghasil cabai. Curah hujan yang tinggi dan banjir telah merusak banyak lahan pertanian, mengakibatkan penurunan produksi cabai secara signifikan. Selain itu, distribusi yang terhambat akibat infrastruktur yang rusak juga memperburuk situasi.
Kenaikan harga cabai rawit ini berdampak langsung pada konsumen, terutama rumah tangga yang mengandalkan cabai sebagai bahan pokok dalam masakan sehari-hari. Selain itu, pelaku usaha kuliner juga merasakan dampaknya, karena harus menyesuaikan harga jual produk mereka agar tetap kompetitif di pasar.
Pemerintah melalui Bapanas telah mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah dengan mengimpor cabai dari negara tetangga untuk menstabilkan pasokan di pasar domestik. Selain itu, pemerintah juga berupaya memperbaiki infrastruktur distribusi agar pengiriman cabai dari daerah produksi ke pasar dapat berjalan lancar.
Diharapkan dengan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah, harga cabai rawit dapat kembali stabil dan terjangkau bagi masyarakat. Selain itu, perlu adanya upaya jangka panjang untuk meningkatkan ketahanan pangan, termasuk pengembangan teknologi pertanian yang dapat mengantisipasi perubahan cuaca ekstrem.