Jakarta – Harga emas kembali merangkak naik setelah mengalami penurunan selama dua hari berturut-turut. Meskipun demikian, harga emas tetap berada di dekat level tertinggi sepanjang masa. Berdasarkan data dari Refinitiv, pada Jumat (23/8/2024) pukul 18.20 WIB, harga emas tercatat di posisi US$ 2.498,72 per troy ons, naik 0,62% dibandingkan penutupan sebelumnya di US$ 2.483,29 per troy ons.
Sebelumnya, harga emas mengalami penurunan signifikan dalam dua hari berturut-turut. Pada perdagangan hari Kamis, 22 Agustus 2024 harga emas turun hingga 1,14% ke angka US$ 2.483,29 per troy ons. Penurunan ini mencatatkan tiga rekor sekaligus. Pertama, harga penutupan tersebut merupakan yang terendah sejak 15 Agustus 2024 atau dalam lima hari terakhir. Kedua, penurunan sebesar 1,14% adalah yang terdalam sejak 5 Agustus 2024 atau dalam 15 hari terakhir. Ketiga, penurunan ini juga menyeret harga emas ke bawah level US$ 2.500 untuk pertama kalinya dalam waktu empat hari terakhir.
Harga emas sempat mencapai rekor tertinggi di US$ 2.513,74 per troy ons pada 20 Agustus 2024, sebelum melandai ke US$ 2.483,29 pada 22 Agustus 2024. Meskipun harga emas bergerak fluktuatif dalam beberapa hari terakhir, tren jangka panjang tetap menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi bahwa faktor-faktor makroekonomi, seperti kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed) dan ketidakpastian ekonomi global, akan terus memberikan dukungan terhadap harga emas dalam jangka menengah hingga panjang.
Simposium tahunan The Fed yang diadakan oleh Federal Reserve wilayah Kansas City di Jackson Hole, Wyoming, menjadi sorotan utama. Acara ini dihadiri oleh pimpinan bank sentral, menteri keuangan, pembuat kebijakan, akademisi, ekonom, dan praktisi pasar finansial dari berbagai negara. Simposium Jackson Hole yang ke-47 kali ini mengangkat tema “Reassessing the Effectiveness and Transmission of Monetary Policy.” Para peserta akan membahas berbagai isu perekonomian global yang sedang berlangsung dalam simposium tersebut. The Fed diharapkan bisa memberikan sinyal kebijakan yang lebih jelas kepada pelaku pasar, terutama terkait kebijakan pemangkasan suku bunga.
Tim Waterer, seorang analis pasar di KCM Trade, mengungkapkan bahwa penurunan harga emas di bawah US$ 2.500 kemungkinan bersifat sementara karena fundamental masih mendukung logam mulia ini. Setelah mencapai level tertinggi sepanjang masa di US$ 2.531,60 pada Selasa, harga emas turun hampir 1% minggu ini, tertekan oleh penguatan indeks dolar dan imbal hasil obligasi AS 10-tahun.
Para pelaku pasar telah sepenuhnya memperkirakan akan adanya pemangkasan suku bunga pada bulan depan. Berdasarkan data dari CME FedWatch, ada peluang sebesar 76% bahwa suku bunga akan dipotong sebesar 25 basis poin. Lingkungan suku bunga rendah cenderung meningkatkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil.