Jakarta – Mendiang maestro musik legendaris, Harry Roesli, dianugerahi gelar tanda jasa dan kehormatan oleh Presiden Joko Widodo menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi Harry Roesli dalam bidang seni budaya.
Tanda kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma tersebut diterima oleh istri sekaligus ahli waris Harry Roesli, Kania Handiman Roesli, dalam sebuah upacara di Istana Negara, Jakarta, pada hari Rabu (14/8). Selain Harry Roesli, penghargaan serupa juga diberikan kepada mendiang K.H. Ali Manshur Shiddiq, pencipta shalawat badar.
Harry Roesli, yang lahir dengan nama lengkap Djauhar Zaharsyah Fachrudin Roesli pada 10 September 1951, merupakan cucu dari pujangga besar Indonesia, Marah Roesli. Darah seni yang mengalir dalam dirinya membuat Harry Roesli dikenal sebagai musisi serba bisa yang mampu menggabungkan berbagai instrumen musik dengan irama yang harmonis.
Harry Roesli memulai karier musiknya dengan membentuk grup musik Gang of Harry Roesli pada tahun 1971 dan merilis album “Philosophy Gang” di tahun yang sama. Karya-karyanya yang monumental, seperti “Malaria,” “Ken Arok,” dan “Jangan Menangis” yang terinspirasi dari Peristiwa Malari 1974, telah menggegerkan dunia musik Indonesia.
Sebagian besar penerima penghargaan adalah pejabat yang telah membantu Presiden selama dua periode pemerintahannya. Penghargaan ini juga diberikan kepada sepuluh wakil menteri, sembilan pejabat lembaga negara, tujuh pejabat pimpinan lembaga nonkementerian, lima pejabat TNI-Polri, dan lima warga negara Indonesia lainnya.
