Bangkok – Seorang jenderal berpengaruh di Thailand, Prawit Songsuwan, yang kini menjadi anggota parlemen, menuai kecaman setelah memukul seorang wartawati di bagian kepala. Insiden ini terjadi saat sang jurnalis mengajukan pertanyaan mengenai Perdana Menteri (PM) baru Thailand, Paetongtarn Shinawatra.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (21/8/2024), Prawit yang berusia 79 tahun ini merupakan mantan Panglima Angkatan Darat Thailand dan berpangkat Jenderal ketika pensiun. Dia pernah menjabat sebagai Wakil PM Thailand selama 9 tahun pada era pemerintahan PM Prayut Chan-O-Cha, setelah kudeta militer tahun 2014.
Sosok Prawit terlibat dalam dua kudeta militer di Thailand. Dalam beberapa tahun terakhir, Prawit yang memimpin Partai Palang Pracharat dikenal sebagai politisi veteran dan pembuat kesepakatan politik ternama yang menjadi tokoh sentral dalam perselisihan politik selama dua dekade di negara itu.
Dalam insiden yang terjadi pada Jumat (16/8) lalu, Prawit memukul seorang jurnalis televisi sebanyak dua kali di bagian kepala ketika dia sedang dikelilingi oleh wartawan yang melontarkan pertanyaan kepadanya. Insiden itu terekam kamera dan videonya telah beredar luas secara online hingga menuai kecaman.
Pemukulan itu terjadi saat seorang jurnalis wanita yang bekerja untuk media ThaiPBS menanyai pendapat Prawit soal kemenangan Paetongtarn dalam voting parlemen, yang tidak dihadiri oleh sang jenderal. Prawit malah balik bertanya kepada jurnalis televisi itu sebelum memukulnya di kepala. Laporan Bangkok Post menyebut Prawit memukul kepala jurnalis wanita itu sebanyak dua kali, sembari terus melontarkan pertanyaan yang sama. Paetongarn yang berusia 37 tahun, terpilih menjadi PM termuda dalam sejarah Thailand setelah berhasil mendapatkan dukungan mayoritas anggota parlemen dalam voting pada Jumat (16/8). Dia merupakan anak bungsu mantan PM Thaksin Shinawatra, yang memiliki sejarah pahit dengan Prawit.
Prawit tidak hadir dalam sesi parlemen saat voting yang meloloskan Paetongtarn sebagai PM Thailand itu digelar. Salah satu Senator Thailand, Tewarit Maneechai, telah secara resmi mengajukan permintaan kepada parlemen untuk melakukan penyelidikan terhadap Prawit.
Senator Tewarit mengatakan dirinya telah meminta parlemen Thailand untuk melakukan penyelidikan etika terhadap Prawit. Dia menuturkan dirinya mengajukan penyelidikan terhadap Prawit melalui Senat untuk diteruskan kepada majelis rendah parlemen Thailand, yang memiliki waktu 30 hari untuk merespons.
Ditambahkan oleh Senator Tewarit bahwa dirinya tidak yakin hukuman apa yang akan dihadapi Prawit jika terbukti bersalah melakukan pelanggaran etika sebagai anggota parlemen Thailand. Kode etik anggota parlemen Thailand menyatakan setiap anggota harus menghormati hak dan kebebasan orang lain, serta menahan diri dari ancaman, menunjukkan kebencian atau penggunaan kekerasan untuk menyakiti orang lain.
Juru bicara Partai Palang Pracharat, Piya Tavichai, dalam tanggapannya menyebut Prawit mengenal baik jurnalis tersebut dan telah menyampaikan permintaan maafnya. Disebutkan juga oleh Piya bahwa Prawit bisa mengklarifikasi fakta-fakta soal insiden itu dalam proses parlemen mana pun.
Namun dua asosiasi media Thailand, yakni Asosiasi Jurnalis Penyiaran Thailand dan Dewan Penyiaran Berita Thailand, menegaskan mereka telah meninjau dengan cermat video insiden itu dan menyimpulkan perilaku Prawit terhadap jurnalis itu merupakan bentuk intimidasi, bukan candaan seperti dalih pendukungnya.
Kedua asosiasi media itu menilai perilaku Prawit dapat melanggar kode etik anggota parlemen, dan menegaskan akan mengupayakan penyelidikan terhadapnya. Pihak ThaiPBS, secara khusus, menuntut Prawit bertanggung jawab atas tindakannya tersebut. Ditegaskan oleh ThaiPBS bahwa jurnalisnya mengajukan pertanyaan secara sopan dan pertanyaan itu relevan dengan Prawit, yang menunjukkan sang jurnalis menjalankan pekerjaannya dengan jujur.
ThaiPBS juga mengatakan bahwa penganiayaan oleh narasumber tidak bisa diterima dan merusak integritas jurnalisme.