Tel Aviv – Kelompok militan Hizbullah melancarkan serangan dahsyat terhadap sejumlah posisi militer Israel di sekitar Tel Aviv, termasuk pangkalan intelijen militer Unit 8200. Serangan ini memaksa pemerintah Israel untuk menetapkan status darurat di ibu kota negara tersebut.
Selain Tel Aviv, pangkalan angkatan laut Israel di Haifa, yang terletak di bagian utara Israel, juga menjadi sasaran serangan roket Hizbullah yang berbasis di Lebanon. Serangan ini menambah ketegangan di wilayah yang sudah lama bergejolak.
Dalam pernyataan yang dirilis melalui AFP dan Al Jazeera pada Selasa (22/10/2024), Hizbullah mengklaim bahwa para pejuangnya telah meluncurkan “salvo roket” yang menargetkan pangkalan intelijen militer Unit 8200 di Gilot. Selain itu, mereka juga mengklaim telah menembakkan roket ke posisi militer Israel lainnya di Nirit, pinggiran Tel Aviv, yang menyebabkan ledakan besar di area tersebut.
Hizbullah juga mengklaim telah membombardir pangkalan Angkatan Laut Stella Martis di barat laut Haifa dengan salvo roket. Di sisi lain, mereka mengunggah foto di akun Telegram yang mengklaim serangan rudal di wilayah utara Caesarea, tempat kediaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Namun, klaim ini tidak secara eksplisit menyebutkan serangan tersebut.
Menanggapi serangan-serangan ini, militer Israel, seperti dilaporkan oleh Al Jazeera yang mengutip media lokal, menetapkan situasi darurat di Tel Aviv. Semua lalu lintas udara di Bandara Ben Gurion dihentikan sementara sebagai langkah pencegahan.
Dalam pernyataannya, militer Israel menyebutkan bahwa sirene peringatan udara diaktifkan di wilayah tengah Israel setelah sekitar lima proyektil terdeteksi mengudara dari Lebanon. Selain itu, di area Galilea Atas dan Dataran Tinggi Golan bagian utara, sekitar 15 proyektil teridentifikasi mengudara dari Lebanon. Beberapa proyektil berhasil dicegat, sementara sisanya jatuh di area terbuka.
Sejauh ini, militer Israel melaporkan bahwa tidak ada korban jiwa akibat rentetan serangan Hizbullah tersebut.