/

Hubungan Trump-Xi Jinping Retak, Apa Penyebabnya?

1 min read

Jakarta – Di sebuah taman yang terletak di dekat tembok merah dan ubin biru mengilap yang mengelilingi Kuil Tian Tan di Beijing, sekelompok pensiunan tampak sedang berolahraga. Angin sepoi-sepoi meniup dedaunan pohon cemara, memberikan kesejukan bagi pria yang sedang melakukan latihan headstand. Sementara itu, para perempuan meraih sarung tangan dan baju hangat saat mereka bergiliran bergelantungan di lintasan rintangan.

Kuil Tian Tan, yang berarti Kuil Surga, dibangun pada masa Dinasti Ming. Dahulu, kaisar China datang ke sini untuk berdoa memohon panen yang baik. Kini, taman di sekitar kuil ini menjadi tempat bagi penduduk setempat untuk menikmati masa pensiun setelah puluhan tahun berkontribusi pada perkembangan China yang pesat.

Namun, di balik ketenangan taman ini, ada kekhawatiran yang mengemuka terkait kebijakan presiden terpilih AS, Donald Trump. Trump berjanji akan mengenakan tarif tinggi pada barang-barang buatan China, yang dapat mempengaruhi ekonomi negara yang sangat bergantung pada ekspor tersebut. Bagi banyak orang di China, Trump adalah sosok yang kontroversial, dengan meme-meme dirinya yang menari mengikuti alunan musik YMCA tersebar luas di media sosial.

Berita Lainnya  Drone Ukraina Hancurkan 4 Pangkalan Udara Rusia, Moskow Malu Besar!

Beberapa tokoh di Washington, seperti Marco Rubio dan Mike Waltz, melihat China sebagai ancaman besar bagi keamanan dan ekonomi AS. Rubio bahkan menyebut Beijing sebagai “ancaman yang akan menentukan abad ini”. Sementara itu, Waltz menekankan pentingnya AS untuk memfokuskan strategi pada ancaman dari Partai Komunis China.

Menurut Jie Yue, peneliti senior di Chatham House, China telah mempersiapkan diri untuk menghadapi masa jabatan kedua Trump. Meskipun ada kekhawatiran, kepemimpinan Trump yang kedua ini bukanlah hal yang mengejutkan bagi Beijing. Namun, dunia harus bersiap menghadapi hubungan yang fluktuatif antara kedua negara. Persaingan antara AS dan China telah memanas selama beberapa tahun terakhir, terutama selama pemerintahan Biden. Meskipun ada dialog, ketegangan tetap ada, terutama terkait tarif dan perselisihan geopolitik seperti invasi Rusia ke Ukraina dan masa depan Taiwan. Presiden China, Xi Jinping, berjanji untuk bekerja sama dengan pemerintahan Trump yang akan datang, tetapi juga memperingatkan Washington agar tidak memulai “perang dingin baru”.

Berita Lainnya  Tragis! Harimau Sumatra Mati Terjerat, Kaki Kiri Putus di Agam Sumbar

Di bawah kepemimpinan Xi, China semakin tegas dalam klaim teritorialnya atas Taiwan dan Laut Cina Selatan. Beijing juga meningkatkan kekuatan militernya, termasuk pengembangan jet tempur siluman dan propulsi nuklir untuk kapal induk baru. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di Washington, terutama terkait potensi serangan terhadap Taiwan.

Di sisi lain, ekonomi China menghadapi tantangan besar. Sektor properti terpuruk, tingkat pengangguran di kalangan muda meningkat, dan populasi lansia tumbuh pesat. Meskipun China mengklaim telah memberantas kemiskinan ekstrem, banyak buruh dan pekerja pabrik khawatir tentang masa depan mereka.

Beijing berharap dapat mengatasi tantangan ini, termasuk dampak dari kebijakan Trump. Miliarder Elon Musk, yang perusahaannya Tesla bergantung pada China, mungkin dapat meredam ketegangan perdagangan. Namun, perebutan kekuasaan di abad ke-21 bukan hanya soal perdagangan. Xi juga bermimpi menjadikan China sebagai kekuatan dominan dunia.

Berita Terbaru

Mengenai Kami

Haluan.co adalah bagian dari Haluan Media Group yang memiliki visi untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia melalui sajian berita yang aktual dan dapat dipercaya

Alamat
Jalan Kebon Kacang XXIX Nomor 02,
Tanah Abang, Jakarta Pusat
—–
Lantai IV Basko Grandmall,
Jl. Prof. Hamka Kota Padang –
Sumatera Barat

 0813-4308-8869
 [email protected]

Copyright 2023. All rights reserved.
Haluan Media GroupÂ