Ilmuwan Tegaskan Bahaya Pengasaman Laut Semakin Nyata

Yuliana Adha
3 Min Read

HALUAN.CO – Pengasaman laut kini bergerak dengan kecepatan yang mengkhawatirkan, bahkan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.

Hal ini terungkap dalam studi gabungan dari Plymouth Marine Laboratory (PML), NOAA, dan Universitas Negeri Oregon, yang dipublikasikan Senin lalu.

Sayangnya, karena tak terlihat oleh mata telanjang, masalah ini kerap tidak dianggap mendesak dibanding polusi plastik atau tumpahan minyak.

Prof Steve Widdicombe dari PML menjelaskan bahwa pengaruh biologis dari pengasaman butuh waktu untuk terlihat dan sulit dibedakan dari faktor lingkungan lain.

Ini menyebabkan kurangnya dorongan politik untuk menanganinya secara serius. “Kami kesulitan membangun urgensi karena efeknya muncul perlahan dan tersamar,” ujar Widdicombe.

Untuk memperjelas, NOAA menunjukkan video perbandingan dua pteropoda. Yang satu sehat dalam air netral, sementara yang lainnya kesulitan berenang dan cangkangnya rusak setelah dua minggu terpapar CO2 tinggi.

Meskipun dampaknya jelas secara visual, gambaran ini belum cukup menggugah aksi besar-besaran.

Kini, para peneliti tengah berupaya memperkuat bukti ilmiah melalui data jangka panjang.

Berita Lainnya  Mitora Pte. Ltd Ajukan Pembatalan Putusan BANI Terkait Kasus Yayasan Purna Bhakti Pertiwi

Contoh nyata dampak pengasaman laut pernah terjadi pada 2010 di Amerika Serikat, ketika naiknya air laut dalam berkadar CO2 tinggi membuat para peternak tiram kehilangan hasil panen akibat larva yang gagal membentuk cangkang.

Menurut Prof Helen Findlay dari PML, keasaman ekstrem membuat pertumbuhan larva tiram berhenti.

Namun, setelah dilakukan pengukuran pH dan penyesuaian air, hasilnya membaik.

Ini membuktikan bahwa langkah kecil pun dapat memberi perubahan besar jika tepat sasaran.

Namun, tak semua negara punya akses teknologi dan sumber daya yang sama. Meski banyak komitmen global telah mencantumkan pengasaman laut sebagai isu prioritas, realisasi di lapangan masih minim.

Di tengah stagnasi itu, sektor swasta mulai mengambil alih melalui teknologi geoengineering, seperti peningkatan alkalinitas laut.

Tetapi para ahli memperingatkan: solusi ini harus dikaji matang sebelum diterapkan secara luas.

“Kita tidak boleh gegabah. Tak ubahnya seperti diberikan obat tanpa uji klinis oleh dokter,” tegas Widdicombe.

Berita Lainnya  Tragedi Kampanye: Benny Laos Meninggal dalam Insiden Kebakaran Speedboat!

Jessie Turner dari Ocean Acidification Alliance mengingatkan bahwa solusi terbaik tetaplah mengurangi emisi CO2.

Selain itu, memperkuat garis pantai, mengurangi limbah organik, dan memperbaiki habitat laut juga bisa memberikan dampak signifikan jika dijalankan secara masif.

“Kita tahu karbon meningkat dan pH laut menurun.

Masalah ini nyata, tapi belum cukup dibicarakan,” kata Turner. Saatnya dunia bersuara dan bertindak sebelum waktunya habis.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *