Jakarta – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa Indonesia masih menghadapi kekurangan 110 ribu dokter umum untuk memenuhi kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor kesehatan. Dengan populasi mencapai 280 juta jiwa, Indonesia seharusnya memiliki 280 ribu dokter. Namun, saat ini baru tersedia 170 ribu dokter.
Budi menjelaskan bahwa untuk memenuhi kekurangan 110 ribu dokter tersebut, diperlukan waktu sekitar 10 tahun. Asumsi ini didasarkan pada perkiraan bahwa setiap tahun ada 12 ribu lulusan dari fakultas kedokteran di seluruh Indonesia.
Menteri Kesehatan memberikan apresiasi kepada Universitas Aisyiyah (Unisa) yang berada di bawah naungan Muhammadiyah karena telah membuka fakultas kedokteran. Langkah ini dianggap sebagai upaya penting dalam mencapai tujuan pemenuhan SDM kesehatan. Budi juga mendorong Muhammadiyah untuk membuka fakultas kedokteran serupa di kampus-kampus lain, baik di dalam maupun di luar Pulau Jawa.
Mengutip laporan dari Antara, pada Mei 2024, Budi menyebutkan bahwa sekitar 500 puskesmas di Indonesia tidak memiliki dokter. Hal ini menunjukkan bahwa tenaga kesehatan di Indonesia masih sangat kurang. Bahkan, ada dokter yang harus bekerja di tiga tempat sekaligus untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan.
Selain kekurangan dokter umum, Indonesia juga masih kekurangan sekitar 29 ribu dokter spesialis. Budi menambahkan bahwa distribusi tenaga kesehatan juga menjadi masalah karena sebagian besar tenaga kesehatan terpusat di Pulau Jawa.
Untuk mengatasi masalah ini, Budi mengaku telah berupaya merayu Menteri Keuangan Sri Mulyani agar mau mengalokasikan dana negara untuk menyubsidi gaji dokter spesialis. Subsidi ini diharapkan dapat mendorong para dokter spesialis untuk bekerja di luar Pulau Jawa. Upaya ini akan dimulai di 150 kabupaten/kota yang masuk dalam kategori Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DTPK).