Jakarta – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus memangkas suku bunga acuan atau BI rate hingga total 150 basis poin (bps). Langkah ini diharapkan membawa dampak positif bagi pasar saham dan obligasi di Indonesia.
Mandiri Sekuritas memprediksi bahwa pemotongan ini akan menurunkan terminal suku bunga menjadi 4,75%. Sebanyak 75 bps dari pemotongan ini kemungkinan akan dilakukan pada tahun 2024, sementara sisanya akan dieksekusi pada tahun 2025. Chief Economist PT Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta, menyatakan bahwa BI memperkirakan peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga sebesar 75 bps pada tahun 2024, lebih tinggi dari proyeksi bulan sebelumnya sebesar 50 bps.
Dari segi dampaknya terhadap pasar modal, Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, mengatakan bahwa jika tren penurunan suku bunga berlanjut, akan ada pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal serta penguatan nilai tukar Rupiah. Hal ini membuka peluang yang lebih tinggi bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mencapai skenario bull-case di angka 8.000 pada akhir tahun ini.
Sementara itu, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto, menilai bahwa keputusan ini bisa berdampak positif pada pasar obligasi. Ketika suku bunga turun, instrumen obligasi akan semakin diminati karena investor dapat memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan suku bunga.
Sebagaimana diketahui, The Federal Reserve (The Fed), Bank Sentral Amerika Serikat (AS), dan Bank Indonesia (BI) secara bersamaan menurunkan suku bunga acuannya pada hari Kamis, (19/9/2024) lalu. The Fed telah memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75-5,0%. Pemangkasan ini lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan penurunan sebesar 25 bps.
Beriringan dengan langkah The Fed, Bank Indonesia (BI) juga mengambil keputusan serupa dengan menurunkan suku bunga acuan BI Rate dari 6,25% menjadi 6%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.