Jakarta – Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengumumkan terobosan baru dalam mendeteksi tuberkulosis (TBC) dengan memanfaatkan teknologi Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Ultrasonografi (USG). Langkah inovatif ini diharapkan dapat mempercepat serta meningkatkan ketepatan deteksi TBC di tanah air.
Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa saat ini metode PCR sedang diuji coba di wilayah Jawa Barat. Uji coba ini bertujuan untuk menilai tingkat ketepatan deteksi TBC menggunakan teknologi tersebut. Dengan hasil yang diharapkan positif, metode ini dapat menjadi standar baru dalam skrining TBC di masa depan.
Selain PCR, Menkes Budi juga memperkenalkan penggunaan teknologi USG yang didukung oleh kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk mendeteksi TBC. Teknologi ini diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih cepat dan akurat, serta memudahkan proses diagnosis bagi tenaga medis.
Menkes Budi mengakui bahwa pelaksanaan skrining TBC di Indonesia masih tergolong rendah. Selama masa pandemi Covid-19, hanya sekitar 400 ribu pasien yang berhasil disaring. Namun, angka ini meningkat menjadi 700 ribu pada tahun 2022 dan mencapai 800 ribu pada tahun 2023.
Budi Sadikin menargetkan peningkatan jumlah skrining hingga mencapai 900 ribu hingga 1 juta pasien pada tahun 2025. Untuk mencapai target ini, pemerintah telah mengalokasikan dana sekitar Rp 8 triliun. Dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan laboratorium uji, memproduksi alat tes yang terjangkau, serta menciptakan vaksin dan sistem pengobatan yang lebih efisien.
Menkes Budi optimis bahwa target skrining 1 juta pasien dapat tercapai. Optimisme ini didukung oleh distribusi 2 ribu mesin Tes Cepat Molekuler (TCM) dan 36 mesin x-ray portabel yang telah disebar di 514 kota di seluruh Indonesia.