HALUAN.CO – Iran menegaskan bahwa potensi pecahnya kembali perang dengan Israel masih sangat tinggi dan situasi saat ini belum bisa dianggap sebagai masa damai. Pernyataan ini disampaikan Wakil Presiden Pertama Iran, Mohammad Reza Aref, yang menilai bahwa kondisi sekarang hanyalah jeda pertempuran, bukan perjanjian damai resmi.
“Kita harus siap setiap saat untuk konfrontasi. Saat ini, kita bahkan belum berada dalam gencatan senjata (kesepakatan); kita berada dalam penghentian permusuhan,” ucap Aref sebagaimana dikutip oleh Al Arabiya pada Selasa (19/8/2025).
Dalam konflik pada Juni lalu, serangan Israel menghantam fasilitas nuklir, militer, serta wilayah sipil di Iran, menyebabkan ribuan korban, termasuk figur penting seperti komandan militer dan ilmuwan. Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal dan drone yang menewaskan sejumlah warga di Israel.
Amerika Serikat ikut campur dalam konflik dengan meluncurkan serangan ke fasilitas nuklir Iran dan dua hari kemudian, mengumumkan bahwa pertempuran dihentikan. Namun, tidak ada kesepakatan formal antara pihak-pihak yang bertikai; yang ada hanyalah penghentian serangan tanpa kejelasan status hukum.
Penasihat militer untuk Pemimpin Tertinggi Iran, Yahya Rahim Safavi, menyatakan bahwa Iran tetap bersiap menghadapi eskalasi konflik di masa depan.
“Kita tidak sedang berada dalam gencatan senjata sekarang, kita berada dalam fase perang, ini bisa kolaps kapan saja, tidak ada protokol, tidak ada peraturan, tidak ada kesepakatan antara kita dan Israel, antara kita dan Amerika,” katanya dalam pernyataan yang dimuat harian Shargh.
“Gencatan senjata berarti menghentikan serangan; itu bisa berubah kapan saja,” tambahnya.
Di sisi lain, Barat terus menuduh Iran sedang mengembangkan senjata nuklir lewat program atomnya, klaim yang berulang kali disanggah Teheran.
Sejak berakhirnya konflik, Israel dan AS tetap melontarkan peringatan akan melanjutkan serangan jika Iran kembali menjalankan aktivitas nuklirnya, khususnya yang berkaitan dengan pengayaan uranium.