Jakarta – Israel dilaporkan berencana membangun tembok raksasa di dekat Koridor Philadelphia, area yang memisahkan Mesir dan Jalur Gaza Palestina. Langkah ini diambil untuk mencegah milisi Hamas membangun terowongan.
Menurut laporan The Wall Street Journal, sejumlah pejabat Arab yang terlibat dalam negosiasi Israel-Hamas mengungkapkan bahwa Israel ingin menghalangi pergerakan Hamas dalam membangun terowongan yang selama ini diklaim menjadi markas operasional dan tempat penyanderaan tawanan Hamas. Selain itu, Israel juga ingin mendapatkan akses ke data kamera dan sensor yang memantau Koridor Philadelphia guna mendeteksi gerak-gerik Hamas.
Para pejabat menyatakan bahwa tim teknis Israel telah mengadakan pertemuan di Kairo untuk membahas masalah koridor ini. Namun, hingga kini belum ada banyak kemajuan dalam pembahasan tersebut.
Dilansir dari Sputnik, pejabat senior Mesir menyatakan bahwa Kairo ingin agar pasukan Israel sepenuhnya mundur dari kawasan perbatasan, baik di Koridor Philadelphia maupun Rafah. Keputusan ini muncul setelah permintaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menginginkan tentara Israel tetap beroperasi di perbatasan Mesir-Gaza.
Tuntutan Israel ini dibawa dalam perundingan gencatan senjata terbaru yang digelar di Qatar pada Jumat (16/8) lalu. Netanyahu mengklaim bahwa pengerahan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di perbatasan bertujuan untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata dan membangun kembali kemampuan militernya.
Permintaan ini ditolak mentah-mentah oleh Hamas. Mesir juga menolak karena tidak ingin terkena dampak dari ketegangan antara kedua belah pihak. Tuntutan Netanyahu mengenai kontrol di Koridor Philadelphia ini sendiri menuai perdebatan sengit di internal tim negosiasi Israel yang dipimpin oleh David Barnea dari Mossad, Ronen Bar dari Shin Bet, dan Nitzan Alon dari IDF.
Tim negosiasi Israel sebelumnya telah memperingatkan Netanyahu bahwa desakannya mengenai kontrol Israel di koridor bisa menghancurkan negosiasi. Namun, Netanyahu tetap bersikeras.
Agresi Israel di Jalur Gaza hingga kini telah menewaskan lebih dari 40 ribu warga Palestina. Mayoritas korban adalah kelompok rentan seperti anak-anak, perempuan, dan lansia.