Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah kembali memuncak setelah Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Iran pada Sabtu (26/10). Serangan ini menargetkan sejumlah situs militer Iran dan diklaim oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai operasi yang sukses besar dan sangat dahsyat.
Militer Israel mengungkapkan bahwa serangan tersebut menyasar fasilitas produksi rudal, sistem misil permukaan-ke-udara, serta “kapabilitas pertahanan udara” Iran lainnya. Menurut laporan dari media Israel, The Jerusalem Post, lebih dari 100 pesawat tempur, termasuk jet tempur tercanggih F-35 “Adir”, dikerahkan untuk melancarkan serangan balasan ini.
Angkatan Udara Iran mengonfirmasi bahwa serangan Israel menargetkan pangkalan militer di Teheran, Khuzestan, dan Ilam. Meskipun demikian, Iran menyatakan bahwa serangan tersebut hanya menyebabkan “kerusakan terbatas”.
Militer Israel menyebutkan bahwa serangan ini merupakan respons terhadap “berbulan-bulan serangan terus-menerus” dari Iran. Selain itu, serangan ini juga dilancarkan sebagai balasan atas serangan ratusan rudal balistik dan hipersonik Iran pada 1 Oktober lalu. Meskipun sebagian besar serangan rudal tersebut berhasil dicegat, beberapa di antaranya berhasil lolos dan jatuh di beberapa lokasi, termasuk di dekat markas intelijen Mossad di Tel Aviv.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeklaim bahwa serangan udara Israel ke Iran dilakukan dengan “tepat dan kuat”. Ia menegaskan bahwa serangan tersebut telah mencapai tujuannya, yaitu sebagai balasan atas serangan 200 rudal Iran sebelumnya terhadap Israel pada 1 Oktober lalu.
Sementara itu, Kantor Berita Iran, IRNA, melaporkan bahwa serangan Israel ke ibu kota Teheran pada Sabtu (26/10) berhasil dicegat. IRNA juga menyebutkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan tersebut tidak signifikan. Serangan Israel dilaporkan menyasar bagian dari kawasan militer di Teheran, Khuzestan, dan Ilam.