HALUAN.CO – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, disebut telah membuat keputusan akhir untuk menguasai seluruh wilayah Jalur Gaza, menandai eskalasi baru dalam konflik berkepanjangan yang dimulai pada 2023.
Langkah ini akan memperluas cakupan operasi militer Israel hingga ke wilayah-wilayah yang diyakini menjadi tempat penahanan sandera oleh Hamas.
Sejumlah media Israel seperti Channel 12, The Jerusalem Post, i24NEWS, dan Ynet, mengabarkan keputusan ini pada Senin (4/8/2025), sehari sebelum rapat kabinet perang Israel digelar.
“Keputusan telah dibuat,” kata analis politik Amit Sega dari Channel 12.
“Hamas tidak akan membebaskan lebih banyak sandera tanpa penyerahan diri sepenuhnya, dan kami tidak akan menyerah. Jika kami tidak bertindak sekarang, para sandera akan mati kelaparan dan Gaza akan tetap berada di bawah kendali Hamas,” lanjutnya, dikutip oleh Al Jazeera, Selasa (5/8/2025).
Reaksi Palestina dan desakan global
Rencana ini langsung menuai kecaman dari pihak Palestina. Kementerian Luar Negeri Palestina menyebutnya sebagai langkah yang sangat membahayakan dan mendesak komunitas internasional untuk segera bertindak menghentikan rencana tersebut.
Belum ada pernyataan resmi dari kantor Netanyahu menanggapi permintaan konfirmasi yang diajukan Al Jazeera.
Bencana kemanusiaan membayangi
Sementara itu, dunia internasional terus menekan Israel agar membuka akses yang lebih luas bagi bantuan kemanusiaan. Gaza, yang telah diblokade selama hampir dua tahun, kini mengalami krisis yang memburuk dengan kebutuhan dasar semakin langka.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan bahwa pada hari Senin, sedikitnya 74 orang tewas akibat serangan Israel, termasuk 36 warga sipil yang tengah mengantre bantuan.
Netanyahu juga berada di bawah tekanan besar dari dalam negeri untuk segera mengamankan pembebasan sandera. Video yang dirilis baru-baru ini menunjukkan kondisi dua warga Israel yang ditawan, Rom Braslavski dan Evyatar David, dalam kondisi fisik yang sangat mengkhawatirkan.
Dalam rapat kabinet, Netanyahu kembali menyuarakan tujuan utama dari konflik yang sedang berlangsung.
“Kita harus terus bersatu dan berjuang bersama untuk mencapai semua tujuan perang kita, mengalahkan musuh, membebaskan sandera kita, dan memastikan Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” ujarnya.
Hamas tuding Israel dan negara Barat
Pihak Hamas menyalahkan Israel atas keselamatan para sandera, dan menyebut sikap negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, terlalu pasif terhadap agresi Israel.
“Pemerintahan Netanyahu memikul tanggung jawab penuh atas nyawa para tawanan karena sikap keras kepala, arogansi, dan penolakannya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, serta eskalasi perang pemusnahan dan kelaparan terhadap rakyat Palestina,” ujar Osama Hamdan, pejabat senior Hamas.
Data terbaru dari otoritas kesehatan Gaza menunjukkan bahwa sejak Oktober 2023, korban tewas mencapai lebih dari 60.930 jiwa, termasuk sekitar 18.430 anak-anak.